Senin, 16 Februari 2015

Davies 2011



REVIEW DAVIES 2011

LOKASI PADA WEB SITE LUSI LIBRARY:

 Journal of Geological Society, London,Vol. 168, 2011, pp. 1–7. doi: 10.1144/0016-76492010-129.

PROBIBILISTIC LONGEVITY ESTIMATE
FOR THE LUSI MUD VOLCANO, EAST JAVA
Perkiraan Kemungkinan Panjang Umur untuk Mud Volcano
 LUSI, Jawa Timur
Richard J. Davies1,*, Simon A. Mathias1, Richard E. Swarbrick1,2 and Mark J. Tingay3
1 Department of Earth Sciences, Durham University, Durham DH1 3LE, UK
2 GeoPressure Technology, Mountjoy Research Centre, Durham DH1 3UZ, UK
3 Department of Applied Geology, Curtin University, Perth, WA 6845, Australia
*Corresponding author (e-mail: richard.davies@dur.ac.uk )
Modifikasi oleh Hardi Prasetyo dari Davies et al., (2011, Inpress).

Penelaahan dengan Kata Kunci dalam bahasa Indonesia

Dikontribusikan Oleh: Profesor. Dr. Hardi Prasetyo

Original Article:

 longevity publisher.PDF  View  Download

Lampiran Gambar: FigDavies11.pdf  View  Download

Untuk LUSI LIBRARY:Knowledge Management, Maret 2011

jgs.geoscienceworld.org/cgi/content/abstract/168/2/517
 News
Mud volcano eruptions likely to continue for a quarter of a century
(28 February 2011)

Semburan gunung Lumpur tampaknya  berlanjut untuk selama seperempat abad

Sari


Suatu metoda baru untuk perhitungan perkiraan durasi Lusi
A new method for estimating the duration of a mud volcano eruption is applied to the LUSI mud volcano in East Java.
Suatu metoda baru untuk memperkirakan durasi (panjang umur) dari suatu semburan Lusi mud volcano, telah diaplikasikan untuk LUSI mud volcano.
Catatan:
Ø Perhitungan durasi yang diusulkan Davies, dianggap baru, dalam arti berbeda baik dari umumnya diterapkan untuk mud volcano, maupun khususnya untuk Lusi mud volcano.
Ø Davies dari sejak tahun 2007 menetapkan Lusi sebagai suatu mud volcano, yang memberikan implikasi mengikuti kaidah atau sistem perkembangan mud volcano, antara lain terjadinya ‘sudden collapse’.
Basis perhitungan menggunakan asumsi utama air berasal dari karbonat dalam, dengan parameter-parameter yang digunakan pada pemodelan.
The estimate is based upon carbonates at depths in the range 2500–3500 m being the water source, with an estimated area of 100–600 km2, thickness of 0.2–1.0 km, porosity of 0.15–0.25, an initial pressure between 13.9 and 17.6 MPa, and a separate, shallower source of mud (c. 1200–1800 m depth).
Perkiraan didasarkan pada karbonat pada kedalaman berkisar 2500-3500m sebagai sumber air (water source), dengan daerah cakupan diperkirakan seluas 100-600 km2, ketebalan 0,2-1,0km, porositas(porocity) 0,15-0,25, tekanan awal antara 13,9dan 17,6 MPa, dan dipisahkan dengan sumber lumpur lebih dangkal pada interval kedalaman1200-1800m.
Catatan:
Ø Secara konsep, Davies memegang teguh pemahamannya, bahwa sumber air ‘overpressure’ berada lebih dalam (interval  2500-3500) yaitu pada reservoir karbonat (Formasi Prupuh – Formasi Kunjung – Formasi Tuban).
Ø Sedangkan sumber lumpur berada lebih dangkal di atasnya (interval 1200m-1800m), yaitu Formasi Kalibeng Atas (Secara umum diterima).
Ø Tetap yakin bahwa sumur BJP-1 telah menembus lapisan reservoir air overpressure karbonat Formasi Prupuh, walaupun disanggah oleh Mazzini.
Ø Mazzini dan Istadi, menganggap bahwa air yang disemburkan Lusi terutama berasal dari proses diagenesis mineral smektik ke ilit dari satuan lempung dari Formasi Kalibeng Atas (dikenal dengan konsep sumber air dangkal).
Ø Parameter karakteristik reservoir antara lain menggunakan analogi dengan data sumur eksplorasi Porong-1, yang sebelumnya telah dipublikasikan.
Hasil perhitungan untuk waktu yang diperlukan untuk semburan menurun sampai 0,1 Juta/hari 26 Tahun
 The resulting 50 percentile for the time it takes for flow to decline to <0.1 Ml day–1 is 26 years.
Hasil 50 persentil untuk waktu yang diperlukan untuk aliran mengalami penurunan lebih kecil <0.1 Ml day–1 adalah 26 tahun.

Catatan:
Ø Perhitungan lainnya umumnya menggunakan kisaran durasi atas (top) dan bawah (bottom), namun Davies berdasarkan total volume air overpressure di reservoir batugamping Formasi Prupuh.
Ø Durasi tersebut bukan berarti semburan = 0 tapi mencapai 0,1 Juta liter/hari.
Suatu analogi umum bahwa mud volcano secara alami dapat berlanjut sampai ribuan tahun
By analogy with natural mud volcanoes it can be expected to continue to flow at lower rates for thousands of years.
Sebagai analogi dengan mud volcano yang alami, panjang umur luapan diperkirakan akan berlanjut pada kecepatan rendah (low rates) untuk ribuan tahun.
Catatan:
Ø Hal penting adalah bahwa mud volcano umumnya setelah pasca tahap semburan tinggi, setelah masuk pada semburan rendah, dapat terus mengalirkan lumpur sampai ratusan tahun.
Ø Tipe mud volcano yang dimaksud adalah yang mempunyai kecepatan aliran (flow rates) rendah, dalam paper diberi contoh sebagai Booton Buset di UK.
Ø Analogi juga dapat diamati dari 14 mud volcano selain Lusi yang berkembang di Jawa Tengah (termasuk Bleduk Kuwu) dan Jawa Timur yang terus meluapkan lumpur (terkadang dalam bentuk resepan) sampai ratusan tahun.
Kirka amblesan tanah permukaan selama 26 tahun: 95-475m
Assuming subsidence rates of between 1 and 5 cm day–1, land surface subsidence of between c. 95 and c. 475 m can be expected to develop within the 26 year time period.
Diasumsikan bahwa kecepatan semburan antara 1 dan 5 cm/hari, amblesan tanah permukan (land surface subsidence) dapat diperkirakan selama 26 tahun antara 95 dan 475m.
Catatan:
Ø Davies et al, menggunakan asumsi besarnya kecepatan amblesan(subsidence rates) antara 1 dan 5 cm/hari, berdasarkan hasil penyelidikan Abidin et al (2008).
Ø Asumsi modeling perhitungan total land subsidence, dengan asumsi bahwa perhitungan dari Abidin berlaku kontinyu, yaitu flat Rate of Subsidence.
Ø Padahal, Andreas dan Abidin (2010) telah menyatakan bahwa rate of subsidence pada tahun 2009-2010 jauh menurun dari kondisi (2006-2009). Dalam kirasan puluhan sentimeter dan puluhan desimeter per tahun, dibandingkan antara 1-5 cm/hari (digunakan Davies).
Ø Bapel BPLS juga menunjukkan indikasi adanya kecepantan penurunan terutama pada tahun 2010-2011.
Ø Bila ingin mendapatkan gambaran terhadap total land subsidence adalah angka rate BPLS (dalam hari) dikali 30 (bulan) dikali 12 (tahun) dikali 26 tahun.

Abstract 

A new method for estimating the duration of a mud volcano eruption is applied to the LUSI mud  volcano in East Java.
The estimate is based upon carbonates at depths in the range 2500–3500 m being the  water source, with an estimated area of 100–600 km2, thickness of 0.2–1.0 km, porosity of 0.15–0.25%, an initial pressure between 13.9 and 17.6 MPa, and a separate, shallower source of mud (c. 1200–1800 m depth).
The resulting 50 percentile for the time it takes for flow to decline to 0.1 Ml day-1 is 26 years.
By analogy with natural mud volcanoes it can be expected to continue to flow at lower rates for thousands of years.
Assuming subsidence rates of between 1 and 5 cm day-1, land surface subsidence of between 95 and 475 m can be expected to develop within the 26 year time period.
The eruptive behaviour of mud volcanoes is highly variable. Kilometre-scale mud volcanoes in Azerbaijan and Trinidad show  evidence for cyclic behaviour: violent, potentially destructive, eruptions generally lasting a matter of hours to days, interspersed with longer dormancy periods (Deville & Guerlais 2009; Deville  et al. 2010).
Metre-scale mud volcanoes near Wootton Bassett  (UK) have very low eruption rates, and there are no historical  records of violent eruption (Bristow et al. 2000).
Estimating the  longevity of mud volcanoes has not been attempted before  because they either erupt in regions of low population density (e.g. Azerbaijan) or are small enough to be benign (e.g. Wootton Bassett, UK).
However, the LUSI mud volcano in East Java is  unique on Earth as it covers 7 km2 and erupted in a populated  region of Sidoarjo in East Java, causing 13,000 families to lose  their homes.
LUSI (Fig. 1) has the highest eruption rate for a mud volcano on Earth, of up to 180 000 m3 day-1, but rather than being  cyclic it has been in a vigorous eruptive state since its  initiation on 29 May 2006 (Davies et al. 2007, 2008; Sawalo et  al. 2009).
The volcano is subsiding at rates of up to 5.5 cm  day-1 (Abidin et al. 2008; Istadi et al. 2009).
Initially there  were five eruption sites, roughly aligned in a NE–SW direction  (Mazzini et al. 2007), but subsequently one of these sites became the main central vent, which is now 50 m wide (Fig. 1).
Because of the subsidence and high water content in the  erupted water–mud–gas mix, the mud volcano has a low relief  (Fig. 1). Unusually, the subsurface geology is well defined by two commercial hydrocarbon exploration wells, one of which  was drilled 150 m away from what became this main vent, and  2D seismic reflection across the area.
The current continuous  nature of the mud flow, coupled with the lack of knowledge of  the mud flow’s likely duration and evolution, makes management of the disaster extremely difficult and completely different from other geological catastrophes, such as earthquakes and  tsunamis.
The aim of this paper is to use the two exploration wells and knowledge of the subsurface from 2D seismic reflection data to  propose a probabilistic method for the estimation of the longevity of the LUSI mud volcano, and by doing so estimate the  final impact of this humanitarian and ecological disaster.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar