EBOOK LUSI
RUDOLPH 2014
Seri Mengikuti Ceramah Secara Imajiner
10 Februari 2015
Semburan Lumpur LUSI:
Bencana Alam atau buatan manusia?
3 Juli 2014
Dr. Hardi Prasetyo
Sumber Online:
Resume Akhir
Apa yang akan terjadi semburan lumpur Lusi di masa
depan (What will happen to the Lusi mud volcano in the
future)?
Sistem pengaliran lumpur dan dampak
lingkungan yang ditimbulkan!
Saat ini lumpur masih dilindungi oleh tanggul-tanggul yang dibangun di sekitar
area terdampak (the mud is being
contained by levees constructed around an area), dengan luas beberapa
kilometer persegi.
Adapun aliran
lumpur yang berlebih sedang dialirkan ke dalam sungai buatan manusia di
dekatnya, dan selanjutnya dikirim ke pantai (excess
mud is being drained off into a manmade river nearby and sent out to the
coast). Disebutnya bersamaan dengan itu dapat terjadi degradasi lingkungan (with the associated environmental
degradation implied by that scheme).
Pernyataan
strategis debit semburan mengalami peluruhan, pada tahun 2017 turun di bwah
1000m3/hari
Debit semburan Lusi telah mengalami peluruhan,
sehingga pada 2017 diperkirakan akan turun di bawah 1.000 meter kubik per hari (The discharge has been decaying so that by
2017 it is expected to drop below 1000 cubic meters per day.).
Bukti
terjadinya pemindahan lumpur dari bawah permukaan:
Ada penurunan
tanah diukur di daerah sekitar semburan lumpur dan sumur gas, mencerminkan
adanya pemindahan lumpur dari ruang sumber
di bawahnya.
Penelitian
lain sedang dilakukan untuk lebih memahami semburan gunung lumpur.
Para ilmuwan
kebumian terus menemukan mud volcano pada batas lempeng di seluruh dunia,
biasanya berada di bawah permukaan air.
Rudolph mencontohkan
hasil penelitian gunung lumpur yang tercatat
paling merusak di Azerbaijan dan pulau lumpur yang baru terbentuk di lepas
pantai Pakistan.
Pelajaran
berharga dari Lusi yang mencegah terulangnya kejadian lainnya
Semoga
pengetahuan yang diperoleh dalam studi semburan mud volcano ini dapat
dimanfaatkan secara bertanggung jawab dalam mencegah berulangnya kejadian
seperti yang terjadinya di Lusi.
Semburan Lumpur LUSI: Bencana Alam atau buatan
manusia?
3 Juli 2014
Dr.
Hardi Prasetyo
Seri
Mengikuti Ceramah Secara Imajiner
(EBook-LUSI) : PENGANTAR SERI ROAD SHOW CERAMAH LUSI MUD
VOLCANO DI KANCAH INTERNASIONAL
Pelajaran Belajar mengikuti Kegiatan
Lusi pada forum internasional
Dokumen ini
merupakan rangkaian Kapeta Selekta Digital (EBook-LUSI) format Mengikuti
Ceramah Imajiner Lusi yang bersifat Internasional, sejak tahun 2008.
Mengikuti
Ceramah Aktif/Imajiner Lusi yang bersifat Internasional, dimana telah diawali
saat kami (Hardi Prasetyo) menyusun suatu dokumen Wargame Debat Penyebab dan
Pemicu Lusi mud volcano pada forum Internasional diadakan oleh AAPG di Cape
Town, Afrika Selatan, Oktober 2008.
Ebook-LUSI even Debat Lusi di Afrika Selatan disusun
didorong oleh motivasi yang kuat, dimana kami sangat antusias untuk dapat memasukinya
atau dapat berperan secara aktif.
Pada suatu forum pada
atmosfer kontroversi berbasis ilmiah di komunitas ilmiah Internasional, terkait
penyebab dan pemicu Lusi (LUSI’s causing
and trigerring).
Juga disadari bahwa pada
forum tersebut apa yang dihasilkan akan dapat memberikan implikasi multi
dimensi ke depan.
Berdasarkan pelajaran yang
dialami sebelumnya dalam menangani kontroversi, antara lain:
1) Kontroversi apakah potensi
migas di Celah Timor sama dengan di North Sea (Bersama Prof. J. A Katili);
2) Asal mula Cekungan Banda,
apakah pemerangkapan kerak samudera Tua, pemekaran kerak samudera muda, atau
kombinasi (Disertasi), dan
3) Asal-Usul Pula Sumba dari
Kerak Samudera Eurasia atau Australia?
Dalam kaitan ini penulis
sebagai bagaian dari Komunitas Akademis/Profesional tetap memegang pendirian
bahwa Kebenaran Ilmiah tidak layak atau tidak wajar untuk dilakukan dengan
mekanisme “voting”, sebagaimana kebiasaan yang berlaku pada dunia Politik.
Namun apa daya, keingingan
untuk hadir secara langsung, seperti biasanya terbentur pada tidak tersedianya
logistik pendukung.
Namun, semangat tidak
kendor, dengan Kerja Keras, Kerja Smart, dan Kerja Jaringan, sehingga 4 dokumen
lebih dari 200 halaman dapat dirampungkan, saat ini telah Online pada Ebook
Lusi, Lusi Library 2010.
Hal mendasar bahwa even
Debat Lusi di Afrika Selatan menjadi suatu
peluang emas bagi kami adalah, karena dapat didalaminya pola dan alur pikir
dari para ilmuwan kebumian dari komunitas Ilmiah Internasional, dengan berbagai
arguman dimana dapat dirangkum pada tiga kelompok besar, yaitu:
1) Lusi dipicu
oleh pemboran sumur Eksplorasi BJP-1, dengan tokoh utama adalah Prof. Dr. Richard
Davies, Durham University (UK).
2) Lusi disebabkan
dan dipicu oleh Gempabumi Yogyakarta 27 Mei 2006 diikuti reaktivasi Patahan
Watukosek, dengan tokoh utama Dr. Andriano Mazzini, Oslo University, Norwey, dan
3) Deformasi
Permukaan, dampak berganda dari pemicu
dan semburan Lusi mud volcano, merupakan Kubu Netral menekankan dengan tokoh
utama Prof. Dr. Hasanuddin Abidin dari ITB.
Bagi kami Debat Penyebab dan Pemicu Lusi pada forum Internasional AAPG di Afrika Selatan
telah memberikan anugerah tersendiri.
Karena, semua makalah ilmiah
yang telah digunakan sebagai baseline atau basis informasi-knowledge dari para
Ilmuwan terkait.
Selanjutnya telah dibedah
secara mendalam dengan pendekatan komprehensif,
integral dan holistik.
Semua makalah terkait yang
diterbitkan, telah didalami makna yang terkandung di dalamnya, semua paragraf telah
diterlusuri dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Diberi catatan untuk
menghubungkan satu isu atau pandangan dengan lainnya.
Semua dokumen telah
ditempatkan pada komputasi awal (cloud
computing) di Situs Internet dan BLOG LUSI LIBRARY:KNOWLEDGE MANAGEMENT.
Sebagai contoh pendekatan
holistik, adalah telah ditelusuri persepsi masyarakat, bahkan di beri skor kegiatan sosialisasi terstruktur
dalam pengembangan wacana publik dari dua kelompok Lusi dipicu Pemboran dan
Gempabumi. Berbasis ketersediaan pada komunitas profesional dan umum.
Tahun 2010, telah dikontribusikan
Ebook-Lusi “From Russian With Lusi” merangkai
suatu kegiatan Road Show Lusi mud volcano berturut-turut dari Moskow, Saint
Petersburg, Singapura, Jakarta.
Salah satu yang signifikan
adalah didapatkannya suatu hasil Riset Lusi mud volcano oleh Tim Peneliti Rusia
(2009), karena terdapat hal yang strategis-kebijakan, sehingga telah berhasil dipertemukan
dengan Dewan Pengarah BPLS.
April 2010, mendapat peluang
emas menghadiri even Pemutaran Perdana Film Mud Max Lusi, diselenggarakan oleh
Producer film Christoper Fong, dilaksanakan pada suatu lokasi yang sangat
terhormat yaitu di Museum Sydney Australia.
Pada even ini saya bersama
dengan Pak Soffian, dan Pejabat dari Kementrian Parawisata atas permintaan
khusus pada Direktur Jenderal Pemasaran Wisata Dr. Sapta Nirwandar. Dilandasi
suatu keyakinan bahwa ke depan Lusi mud volcano akan menjadi salah Potensi
Kunjungan Wisata Kelas Dunia.
Hal menarik pada film Mud
Max Lusi, Producer film telah menampilkan dua skenario atau teori Penyebab dan
Pemicu Lusi baik oleh Underground blow out pada Sumur Eksplorasi BJP-1, maupun
oleh Gempabumi Yogyakarta 27 Mei 2006 selanjutnya mengaktifkan kembali Patahan
Watukosek.
Kami menilai bahwa even Lusi
mud volcano di Museum Sydney, sebagai suatu transformasi dari Kontroversi yang
mengemuka penyebab dan pemicu semburan Lusi di Arfika Selatan, menuju fokus
mencari solusi untuk Lusi ke depan.
Pada forum Lusi di Museum
Sidney Australia ini, pertama kalinya berkenalan dengan Christoper Fong
(Producer Film).
Tidak terduga bahwa akan
berlanjut pada saat melakukan uji coba “Mud Spa” di Lusi, kita berdua
mendapatkan inspirasi untuk menyelenggarakan Simposium Internasional Lusi mud
volcano.
Luar biasa inspirasi di Kali P 25 yang menjadi
Impian.. suatu mukjijat atau Anugerah dari Tuhan SAW.. akhirnya dengan modal
Kerja Keras, Kerja Smart dan Kerja Bersama even tersebut dapat dilaksanakan
pada 25-26 Mei 2011.
Maret 2010, Pada forum Seminar Internasional Bencana
Alam, dilaksanakan oleh Fakultas Teknik Sipil Universitas Gajah Mada.
Kami telah menekankan terjadinya suatu Perubahan Mendasar
terkait Postur, Perilaku dan Dinamika pada Bencana Lusi mud volcano.
Selanjutnya mendeklarasikan PARADIGMA
BARU LUSI DARI BENCANA KE MANFAAT.
Pada dokumen ini telah
ditampilkan suatu Impian, Harapan dan Skenario LUSI KE DEPAN MENUJU KEMANFAATAN YANG HOLISTIK.
Tahun 2011, merupakan suatu menuju “kemandirian” ketika kami
sebagai inisiator Lusi Library: Knowledge
Management bersama dengan Christoper Fong, Producer Film dokumenter “Ring
of Fire”, dari saat melakukan uji coba “mud spa” di Kali P25 Dome mendapatkan ilham atau
inspirasi.
Sehingga pada impian
tersebut, akhirnya 25-26 Mei 2011 dapat dilaksanakan suatu Simposium
Internasional Lusi mud volcano, bertempat di Lusi (Sidoarjo) dan Surabaya. Simposium
Internasional Lusi mud volcano dilaksanakan merupakan kerjasama antara BPLS
dengan Humanitus Sidoarjo Fund (HSF-Australia).
25 Mei 2011, para peserta Simposium
Internasional Lusi mendapatkan kejutan, karena tidak terbayangkan sebelumnya.
Seluruh peserta dan
pendukung bersama-sama menjelajah Gunung Lusi di utara Dome. Luar biasa, karena
juga telah dihiasi dengan Bendera-Bendera Negara Peserta.
Catatan bahwa peserta utama
dari even Simposium Lusi mud volcano di LUSI Sidoarjo dan Surabaya, adalah
pelaku utama pada even Debat Lusi di forum AAPG Afrika Selatan.
Pada acara Pembukaan
Simposium Internasional Lusi 26 Mei 2011 di Surabaya, pasca memberikan sambutan
pembukaan bersama dengan Jeffrey Richard (HSF).
Secara khusus saya telah
memberikan Penghargaan Lusi Library 2010 (Lusi Library Award 2010), mencerminkan
adanya rekonsiliasi dari kontroversi yang mengemuka menuju mencari solusi Lusi
yang lebih holistik, masing-masing kepada:
1) Dr. Mark Tingay, Adelide
University, Australia, sebagai kontributor pertama naskah diterbitkan “Anatomi
dan Pengendali Mekanisme Lusi”;
2) Prof. Dr.Richard Davies,
Durham University, UK, yang telah mengkontribusikan enam (6) naskah elektronik
baik terkait Lusi mud volcano atau lainnya terkait mud volcano;
3) Dr. Andriano Mazzini, Oslo
University, Norwey, telah mengkontribusikan enam (6) naskah elektronik baik
khususnya dengan paper Lusi utama, maupun lainnya terkait mud diapirsm dan mud
volcanism.
Januari 2014, Seri Mengikuti Ceramah Imajiner, adalah di Geological Soceity of London
(GSL). Sebagai penceramah tunggal Dr. Shilston, Ketua GSL merangkap sebagai
Direktor ATKIN, Perusahaan Konsultan Geologi Teknik.
Adapun judul yang dipilih adalah LUSI:
Geologi dan Keteknikan, Suatu Kebencanaan Lusi mud volcano. Dengan
judul tersebut dan memcermati kedudukan posisi Dr. Shilston sebagai Ketua
Komunitas Profesi GSL dan Merangkap Direktor Perusahaan Konsultan Geologi
Teknik dan Kebencanaan, sehingga dapat dipahami pembahasan lebih merefleksikan
WHAT NEXT LUSI daripada terjebak pada kontroversi berkelanjutan penyebab dan
pemicu Lusi mud volcano.
Peta Citra InSAR ditumpang susun dengan Kontur Intensititas Amblesan (Rudolph 2013)
Sinopsis dari kuliah Jumat malam (Friday night lecture) 13 Juni 2014 oleh Dr. Maxwell Rudolph’
Sebagai asisten profesor yang baru diangkat, pada Departemen
Geologi Portland State University (PSU).
Maxwell Rudolph yang Baru diangkat sebagai Asisten
Profesor pada Jurusan Geologi, Portland State University, telah terlibat dalam studi gunung lumpur berhubungan
dengan fenomena semburan Lusi mud volcano selama bertahun-tahun doktoralnya di
UC Berkeley, yang berakhir pada tahun 2012.
Berkesempatan berbicara pada forum GSOC kuliah Juni,
Jumat malam hari. Dimana Prof. Rudolph
telah menyampaikan hasil karyanya.
Sebagai Catatan Ceramah dari
Max Dr, Rudolph ini, satu nafas dengan Presentasi dari Prof. Dr. Manga, pada
pertemuan Internasional, American Geophysical Union (AGU), di San Fransisco,
USA, Desember 2014 berjudul “Semburan Lusi mud volcano tidak dipicu oleh gempabumi (The Lusi mud eruption was not triggered by an earthquake)”
Pengantar
Terjadinya LUSI membuka peluang kemanfaatan
dan kerugian serta kontroversi politik
Sejak lumpur mulai
dimuntahkan dari gunung Lumpur Sidoarjo (singkatan dari "Lusi") di
Kecamatan Porong, Sidoarjo, bagian Timur dari Pulau Jawa, Indonesia, pada
tanggal 29 Mei 2006.
Sehingga membuka suatu kesempatan untuk mempelajari ciri-ciri
dan, manfaat atau kerugiannya.
Seterusnya menjadi suatu embrio dari berkembangnya kontroversi politik,
sebagaimana yang telah dibuka sebelumnya
pada komunitas geologi (an opportunity to study the feature and,
fortunately or unfortunately, become embroiled in the political controversy
over it opened in the geological community).
Max Rudolph baru diangkat sebagai asisten Profesor di
PSU, telah terlibat pada fenomema Lusi
Maxwell Rudolph yang Baru
diangkat sebagai Asisten Profesor pada Jurusan Geologi, Portland State
University.
Sebelumnya telah terlibat dalam
studi gunung lumpur pada umumnya dan berhubungan dengan fenomena semburan Lusi
mud volcano selama bertahun-tahun masa program doktoralnya di UC Berkeley, yang
berakhir pada tahun 2012.
Dimana Prof. Rudolph telah
berbicara pada forum GSOC kuliah Juni, Jumat malam hari untuk menyampaikan
hasil karyanya.
Lusi suatu gunung lumpur
terbesar di dunia
Lusi
sebagai suatu gunung lumpur terbesar di dunia: Semburan pada 2006 180.000m3/h
dan tahun 2013 10.000m3/h
Lusi merupakan
suatu gunung lumpur yang terbesar di dunia (Lusi
is the world’s largest mud volcano).
Dimana pada
puncak debit alirannya mencapai 180.000 meter kubik lumpur per hari (2006), dan
debit saat ini adalah 10.000 meter kubik per hari (at its peak it discharged 180,000 cubic meters of mud per day, and the
current discharge is 10,000 cubic meters per day).
Dampak
Gunung lusi pada daerah yang luas, kehidupan manusia, ekonomi, dan
infrastruktur:
Gunung Lusi
telah menenggelamnya daerah seluas
beberapa kilometer persegi (Lusi volcano
inundated an area of several square kilometers) pada bervariasi wilayah di
daerah pinggiran kota.
Lumpur telah
menghancurkan rumah-rumah dan kehidupan ribuan orang, dengan kerusakan dan
biaya pembersihannya diperkirakan melebihi $ 1 miliar (with damage and cleanup costs estimated to exceed $1 billion).
Dua
kejadian menimbulkan Kontroversi pemicu
Lusi:
Gempabumi
Yogyakarta dan dan pemboran sumur eksplorasi BJP-1 tanpa selubung.
Dua insiden
terjadi segera sebelum semburan berawal, dimana pada perkembangannya
selanjutnya dimana telah memicu kontroversi terkait asal-usulnya (Two incidents occurred immediately prior to
the eruption which ignited the controversy over its origin).
Gempabumi
Yogyakarta dan kelemahannya:
Pada tanggal 27 Mei 2006. Terjadi gempa Yogyakarta
dengan kekuatan 6,3 MM, berjarak lebih
dari 250 km jauhnya di sebelah barat daya dari lokasi semburan Lusi.
28
Mei 2006 Terjadinya tendangan pada sumur BJP-1:
Juga, pada tanggal 28 Mei 2006, sumur eksplorasi gas
alam milik Perusahaan PT Lapindo Brantas.
Yang saat itu sedang dibor pada jarak 200 meter dari
lokasi semburan, telah mengalami suatu
"tendangan" atau ledakan bawah permukaan (site produced a “kick” or
blowout.).
Tidak
semua sumur eksplorasi diberi selubung (casing), dari 3 km hanya 1100m:
Sebagai catatan yang penting bahwa sumur BJP-1 dalamnya
hampir mencapai 3 kilometer, namun hanya hanya bagian atas 1.100 meter yang memiliki
selubung baja (steel casing).
Komplain
bahwa gempabumi telah menimbulkan semburan Lusi:
Perusahaan pengeboran terkait selanjutnya telah
menyampaikan komplain bahwa gunung lumpur Lusi telah ditimbulkan oleh Gempa
Yogyakarta.
Selanjutnya mengklaim bahwa aktivitas pengeboran
mereka, hanya kebetulan bersamaan dengan terjadinya semburan lumpur yang ada di
dekatnya.
Studi
kelompok Rudolph untuk mengetahui hubungan antara gempabumi dan aktivitas
semburan mud volcano
Penelitian yang dilakukan oleh kelompok Rudolph, sebelumnya
telah disarankan oleh Prof. Dr. Michael Manga dari UC Berkeley dan bekerja sama
dengan tim ahli geologi dari Amerika dan dari internasional lainnya.
Tim tersebut dimaksudkan untuk dapat terlibat, guna
mendapatkan mekanisme yang alami dalam membentuk suatu gunung lumpur (got
involved to work out the mechanics of naturally produced mud volcanoes).
Serta memastikan jenis kejadian gempa seperti apa
yang bisa menghasilkan aktivitas gunung lumpur (ascertain what sort of
earthquake event might produce mud volcano activity).
Studi
kasus pada tepian tenggara Laut Salton di California: Kombinasi mekanisme panas
bumi dan gempabumi
Penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti berfokus
pada sekelompok gunung lumpur yang dihasilkan oleh aktivitas gempa dan panas
bumi (mud volcanoes produced by seismic and geothermal activity).
Lokasinya berada pada ujung terminasi dari Patahan
San Andreas, pada tepian tenggara Laut Salton di California.
Mekanisme
yang berlaku endapan danau dan delta didasari oleh sumber panas yang dangkal
Disini endapan danau dan delta didasari oleh sumber
panas yang relatif dangkal (lacustrine and deltaic deposits are underlain by
relatively shallow heat sources).
Sehingga emisi lumpur panas dan gas membentuk suatu
kumpulan semburan lumpur (hot mud and
gaseous emissions create a group of mud eruptions).
Tak lama setelah studi dimulai, April 4, 2010
terjadi gempa bumi besar, yaitu Gempa El Mayor-Cucapah 7,2 MM, menghasilkan
goncangan yang kuat di daerah sekitarnya.
Beberapa gempa kecil juga melanda daerah selama
penelitian, dan memungkinkan kelompok riset untuk dapat mengukur langsung suatu
aktivitas yang tinggi dari semburan lumpur.
Suatu even sesaat setelah gempa bumi terjadi, dan
membandingkannya dengan aktivitas erupsinya dengan erupsi pada kondisi yang normal.
Hubungan
antara gempabumi dan semburan lumpur:
Pada gunung lumpur Salton Sea, ditemukan hubungan
yang pasti antara gonjangan gempa dengan semburan lumpur (a definite
relationship was found between earthquake shaking and mud eruptions).
Para peneliti mengukur keluaran gas dari semburan
lumpur, serta menghitung jumlah semburan
segar di lapangan.
Hasil keluaran tersebut diplot pada peta kontur
kepadatan energi seismik, hal ini menjadi fungsi yang menggabungkan besarnya intensitas
gempa dan jaraknya dari sumber gempa.
Menemukan
ambang batas dari getaran seismik yang dapat menimbulkan gunung lumpur:
Mereka menemukan bahwa ada ambang batas dari
kepadatan energi seismik, di bawah mana getaran gempa tidak menimbulkan
aktivitas semburan pada lokasi penelitian.
Beberapa peristiwa gempa kecil selama penelitian
tidak memiliki efek yang nyata pada gunung lumpur.
Mereka juga mencatat bahwa durasi getaran dan respon
frekuensi gempa memberikan dampak pada
keluaran lumpur vulkanik.
Disusun
data base gempa seluruh dunia yang memicu semburan gunung lumpur:
Para peneliti juga menyusun database gempa-gempa
yang telah memicu semburan gunung lumpur di seluruh dunia yang diplot pada
grafik.
Hasil
diterapkan di Salton Sea dan Lusi
Dan bagaimana hasil ini bisa digunakan untuk
membandingkan gunung lumpur di Laut Salton dengan gunung berapi Lusi? (And how
can these results be used to compare the mud volcanoes at the Salton Sea to the
Lusi volcano?)
Gempa
Yogyakarta tidak cukup kuat hasilkan di lokasi Lusi:
Hubungan getaran tanah dengan keluaran gunung lumpur
menunjukkan (The ground shaking relationships with mud volcano output
suggested), bahwa gempa Yogyakarta tidak cukup menghasilkan getaran di lokasi
semburan Lusi, sebagai faktor penyebab (Yogyakarta earthquake did
not produce enough shaking at the site of the Lusi eruption to be a causal
factor).
Gempa
Yogya juga tidak memicu terjadinya semburan mud volcano lainnya:
Tidak ada gunung lumpur lainnya menyembur sebagai
akibat dari gempa ini (No other mud volcanoes erupted as a result of this
earthquake, either).
Selain itu pengukuran lapangan oleh tim peneliti telah
menganalisis debit gas dan mempelajari respon mekanik lumpur terhadap stres
(yaitu, sifat reologi-nya).
Mereka mencari mekanisme, dimana saluran gunung lumpur telah berperan untuk
menggerakkan lumpur ke permukaan (looked at the mechanisms that the conduits of
the mud volcano had for conveying the mud to the surface).
Mereka percaya bahwa mekanisme utama yang mengarah
pada semburan lumpur adalah peningkatan permeabilitas lapisan penutup (They
believe that the main mechanism leading to a mud eruption is an increase in the
permeability of the overburden), secara efektif "Unclamping"
saluran-saluran ke permukaan.
Disamping itu juga propagasi gelembung yang
dirangsang oleh getaran tanah (bubble propagation which is stimulated by ground
shaking).
Perbedaan
tatanan Geologi Lusi versus Salton Sea:
Geologi gunung lumpur Lusi agak berbeda dibandingkan
dengan gunung lumpur Salton Sea, dimana sebagai sumber lumpur berkedudukan sedikit
lebih dalam (the Salton Sea mud volcanoes as the mud source is a bit deeper).
Batuan karbonat dan lumpur marin telah dilipat
menjadi struktur antiklin yang telah mengalami
tekanan berlebih sejak zaman Miosen (Marine carbonates and muds are
folded into an anticline that has been over-pressured since the Miocene).
Pola
Pikir pemboran memicu terjadinya semburan:
Para ilmuwan yang mendukung gagasan bahwa pengeboran
menghasilkan semburan lumpur, percaya bahwa tekanan pada kedalaman pengeboran
melebihi kemampuan sisi sumur yang tidak diberi selubung untuk bertahan
(Scientists who support the idea that the drilling produced the mud volcano
believe that the pressure at the drilling depth exceeded the ability of the
uncased well sides to withstand it).
Sehingga menyebabkan diamatinya
"tendangan", (causing the observed “kick”) dan reaksi berantai yang
menghasilkan perekahan dalam lapisan lumpur, dimana selanjutnya berpropagasi ke
permukaan (a chain reaction of fracturing in the mud strata resulted, which
propagated to the surface).
Penelitian
yang menolak dan mendukung gagasan tersebut terus diajukan pada komunitas
ilmiah:
Beberapa penelitian baik yang mendukung atau yang menolak ide ini, telah
diajukan dan dianalisis oleh komunitas ilmiah.
Rudolph mengutip penelitian gunung lumpur yang
paling merusak di Azerbaijan dan pulau lumpur yang baru terbentuk di lepas
pantai Pakistan.
Pelajaran
berharga dari Lusi yang mencegah terulangnya kejadian lainnya
Semoga pengetahuan yang diperoleh dalam studi
semburan ini akan dimanfaatkan dengan bertanggung jawab dalam mencegah kejadian
seperti yang terjadinya Lusi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar