LUSI LIBRARY KNOWLEDGE MANAGMENT
EBOOK LUSI
MAKALAH KUNCI PENDEKATAN DEFORMASI DALAM MENENTUKAN SKENARIO OPTIMIS LUSI SEMBURAN LUSI AKAN BERHENTI LEBIH CEPAT DARIPADA METODA SEBELUMNA, VOLUME SUMBER LUMPUR-AIR DIBAGI KECEPANTAN SEMBURAN
Makalah Utama:
Panjang
Kehidupan Lusi mud volcano ~ 12 tahun, perkiraan flowrate tahun 2018 ~1000m3,
menggunakan pendekatan Deformasi Amblesan GPG-InSAR
Suatu revolusi dimana
sebelumnya model panjang semburan Lusi berdasarkan perhitungan volume sumber
lumpur, sumber air, di bagi dengan flowrate rata-rata 90.000m3.
Fakta penurunan
amblesan secara peluruhan eksponensial (exponential decay) juga
diterapkan/dianut oleh Andreas (2010-2011-2012-2014), Shilston (2014), Aoki(2014) dan paling terakhir Tingay (2015).
Evolusi dari semburan
mud volcano Lusi ditentukan berdasarkan deformasi tanah
inferred from ground
deformation
M. L. Rudolph1, M. Shirzaei1, M.
Manga1, and Y. Fukushima 2
1 - Department of Earth and Planetary
Science, University of California, Berkeley, California, USA.
2 - Disaster Prevention Research
Institute, Kyoto University, Uji Prefecture, Japan
Lusi Library:
Pengantar
(Hardi) terhadap Evolusi Pemahaman Lusi ke Depan
Lusi sebagai mud volcano terbesar dan paling cepat
tumbuh, di seluruh dunia:
Lusi
mud volcano sebagai suatu mud volcano yang berdimensi besar dan telah
umum disebut sebagai suatu semburan terbesar di dunia, disamping sebagai mud
volcano yang cepat tumbuh sampai pada tahap ambles di bawah kawahnya sendiri.
Peluang emas mempelajari mud volcano sejak lahir, tumbuh
berkembang menjadi geyser dengan intensitas terbesar di seluruh dunia:
Disamping itu yang unik dan memberikan
rasionalisasi Lusi ke kedepan (what next)
adalah, membuka peluang emas untuk mengamati suatu mud volcano dari saat
kelahirannya (29 Mei 2006) di dekat daerah permukiman dan pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya
berkembang menjadi suatu mud volcano yang paling dahsyat di dunia, dengan
semburan liar yang merusak pernah mencapai kecepatan semburan yang fantasis 180.000m3/hari.
Semburan yang dahsyat dibarengi dengan Kecepatan amblesan
yang luar biasa, Implikasinya: Pusat semburan Lusi condong ke utara
Dibarengi dengan kecepatan amblesan
deformasi tanah dengan intensitas yang spektakuler antara 4cm/hari (2006-Mei
2008). Sampai even runtuh seketika
5m/malam tahun Juni 2008, dimana implikasinya Pusat Semburan LUSI
condong ke utara, sehingga pengaliran lumpur melalui mekanisme Tanggul Utama
(Kanal Barat) menjadi tidak berfungsi.
Even Tanggul Cincin lenyap dari Postur Lusi mud volcano,
Implikasi pada pertumbuhan Lusi semakin alami:
Mei Tahun 2009, Tanggul Cincin (ring
dike) dinyatakan lenyap, sehingga Lusi berkembang menjadi suatu mud volcano
yang lebih alami, tahap awal membentuk Danau Lusi, wilayah Kawah dan Lereng
dikelilingi oleh depresi yang diisi oleh air.
2010 dideklarasikan terjadinya perubahan mendasar Postur
dan Perilaku semburan serta deformasi amblesan:
Tahun 2010, dideklarasikan terjadi
perubahan mendasar Postur dan Perilaku Lusi. Membentuk morfologi kubah tidak
simetris, semburan dengan pola geyser didominasi oleh uap air (98%) dan gas
karbon dioksida (1,8%) dan sisa gas metan. Kecepatan semburan menurun drastis
dari rata-rata 100.000m3/hari menjadi sekitar 25.000m3/hari.
Dibarengi dengan penurunan kecepatan
amblesan dengan intensitas sentimeter
atau milimeter pertahun, sebelumnya 4 cm/hari, dengan pola peluruhan yang
eksponensial (eksponensial decay).
Simposium Internasional Lusi mud volcano (2011) sebagai
titik balik Paradigma Baru dari Kontroversi ke Solusi terkait pemicu semburan
Lusi, kecepatan semburan disepakati pada 10.000m3/hari:
Mei 2011 tercatat sebagai suatu even
penting, ketika para ahli mud volcano
dari manca negara secara bersama-sama menjelajah gunung Lusi di utara Dome,
untuk menyaksikan sendiri perubahan mendasar dari postur dan perilaku semburan
Lusi.
Hal yang paling mendasar adalah terbangun
kebersamaan sebagai paradigma baru, mencari solusi terhadap penyebab dan pemicu
Lusi yang sebelumnya kontroversial. Juga terbangun kebersamaan dengan membentuk
Lusi Research Network (LRN).
Disamping itu BPLS telah membangun DOME
LUSI di lokasi strategis selatan Lusi mud volcano untuk mendukung kegiatan para
ahli kebumian di luar negeri. Sebagai ujicoba adalah dibangun jaringan internet
CCTV dengan Arizona State University, USA. Sehingga pola semburan geyser
bersiklus, dapat secara langsung (online) diamati di ASU.
Pandangan revolusioner Lusi sebagai mud volcano yang
tidak lumrah, mempunyai hubungan dengan sistem hidrotermal gunung magmatik Penanggungan-Welirang:
2012 semakin mengemuka diungkapkan pandangan
yang diawali tahun 2011 pada Simpsium Lusi, bahwa Lusi bukan merupakan suatu
mud volcano yang umum (type mud volcano)
tapi suatu yang tidak lumrah (atype mud
volcano).
Sehubungan temuan bahwa Lusi mud
volcano mempunyai hubungan dengan sistim hidrotermal dalam (deep hydrothermal system) dengan keberadaan gunung magmatik
Penanggungan-Welirang-Arjuno sebagai bagian dari “Ring of Fire” dari sistem Busur Sunda.
Semburan Lusi dengan pola Geyser pada tingkat rendah diselingi
muntahan lumpur pekat (temporal), terjadi penurunan intensitas deformasi dengan
pola peluruhan eksponensial serta implikasinya pada perkiraan umur semburan
Lusi lebih pendek, dibarengi perkembangan proses pembentukan kaldera
2012 – 2014 merupakan pemantapan tahap
Semburan Lusi mud volcano pada level intensitas rendah, sebagaimana yang telah deklarasi
tahun 2010
· Walaupun masih diselingi pulsa banjir bandang lumpur
pekat antara lain Even Kelud (Februari 2014) dan Even TNI 69 (5 Oktober 2014) dengan
intensitas yang luar biasa serta implikasinya saat ini Lusi mencari
keseimbangan baru.
· Disamping itu fakta Juli-Oktober 2014 telah
memperlihatkan indikasi terjadinya proses pembentukan kaldera (caldera formation processes), antara
lain berkembangna struktur patahan kaldera yang ideal di selatan Lusi.
· Disimpulkan bahwa Lusi mud volcano sudah relatif
mendekati masa akhir semburannya. Sebagaimana hasil pemodelan deformasi permukaan tanah dilakukan
secara terpisah oleh ilmuwan dari beberapa negara, menunjukkan adanya penurunan
eksponensial.
· Sehingga diperkirakan pada tahun 2017 semburan Lusi bisa
berada pada level 1000m3/hari. Kondisi dimana Lusi dapat lebih terkendali.
Pertanyaan mendasar apakah akan dapat perulangan semburan
Lusi pada level menengah-tinnggi?
Suatu masalah ilmiah yang belum dapat
dituntaskan, apakah semburan geyser Lusi mud volcano dapat megalami perulangan
semburan besar dalam intensitas > 50.000m3/har (rata-rata)?
Apakah 2 tubuh mud diapir yang ditemukan oleh tim Rusia
dapat diklarifikasikan?
Apakan identifikasi terhadap adanya 2
tubuh mud diapir selain Lusi dapat dikonfirmasi keberadaannya? Untuk menjawab
apakah ia dapat berkembang menjadi Lusi yang baru?
Skenario terburuk Struktur Runtuh Porong-1 apakah masih
relevan dengan dinamika Lusi saat ini dan kedepan?
Analogi terhadap dari Struktur Porong-1
awalnya relevan ketika pada awal perkembangan Lusi mud volcano intensitas
deformasi amblesan sebesar 4cm/hari bahkan mengalami runtuh seketika sebesar
5m/hari.
Namun dengan fakta bahwa telah terjadi
pengurangan intensitas deformasi amblesan dengan pola peluruhan eksponensial,
maka skenario terburuk Porong-1 dengan Lusi dapat diredam.
Struktur Porong-1 lebih relevan dalam
korelasi stratigrafi dari lapisan batugamping terumbu.
Arah ke depan:
Fokus perhatian para ilmuwan masih
berfokus apakan anatomi dan pengendali mekanisme Lusi, serta hubungan Lusi dengan
sistem hidrotermal dalam?
Pokok-pokok Bahasan dan Kata Kunci
Sari
· Peluang emas mempelajari
semburan Lusi mud volcano:
· Semburan
Lusi
akan berhenti lebih cepat dari perkiraan sebelumnya:
· Debit semburan akan
menurun menjadi tingkat 10% dari tingkat selama 5 tahun belakangan ini:
Diskusi
·
Perkiraan panjang umur semburan sebelumnya didasarkan
pada perkiraan debit lumpur dan beberapa konsepsi model semburan:
·
Volume semburan diperkirakan dari ketebalan
batuan sumber dan luas sebarannya:
·
Dari ketebalan
sumber lumpur, dibagi volume lumpur didapatkan perkiraan konservatif
panjang umur 25-35 tahun:
·
Perkiraan panjang umur tidak membuat asumsi
tentang mekanisme semburan:
·
Salah satu model bahwa semburan berlanjut oleh
adanya akuifer karbonat dalam:
·
Satu model lainnya perhitungan panjang umur
26 tahun
·
Bukti baru laju menunjukan deformasi tanah menurun seiring perjalanan
waktu:
·
Kaitan semburan, deformasi di permukaan dan
tekanan dalam ruang lumpur di bawah permukaan
·
Peluruhan (penurunan) eksponensial skala waktu
dari deformasi korelasi dengan debit semburan:
·
Perubahan debit semburan antara
2006-2012:
·
Perkiraan semburan pada tahun 2017
<10.000m3:
·
Skenario terbentuknya kaldera:
Pendahuluan
· Semburan Lusi mud
volcano menyediakan peluang mempelajari suatu mud volcano sejak saat lahir
sampai menjelang akhirnya:
· Dampak yang
ditimbulkan:
· Evolusi spasial dan
temporal dari sumber pengumpan semburan tidak jelas:
· Pengamatan baru
deformasi tanah:
· Semburan Lusi akan berhenti lebih cepat dari
perkiraan sebelumnya:
· Pengkajian
sebelumnya menyimpulkan bahwa semburan akan berhenti 23-50 tahun:
· Sebelumnya data
deformasi tanah tidak digunakan untuk memperkirakan lama semburan Lusi:
· Tingkat deformasi menyimpulkan terjadi
penurunan tekanan di daerah sumber secara eksponensial:
· Debit akan menurun menjadi 10% dari tingkat 5 selama ini:
Sari
Peluang emas mempelajari semburan Lusi
mud volcano:
Semburan gunung lumpur Lusi (Lusi mud volcano) di Jawa Timur,
Indonesia yang sampai saat ini masih terus berlangsung, sehingga menyediakan
suatu kesempatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Dalam hal ini merupakan suatu peluang emas untuk
mempelajari suatu semburan berukuran besar, mulai dari saat awal kejadiannya
sampai mendekati pada masa akhir kehidupannya.
Pengamatan deformasi tanah baru,
menunjukkan semburan Lusi akan berhenti lebih cepat dari perkiraan sebelumnya
Dengan
menggunakan pengamatan deformasi tanah yang baru, diperoleh dari hasil analisis
interferometrik multitemporal L-band data synthetic aperture radar (InSAR).
Telah menunjukkan bahwa Lusi akan
berhenti menyembur lebih cepat daripada perkiraan yang telah dihasilkan
sebelumnya.
Catatan:
Studi ini mempunyai nilai strategis,
karena merubah paradigma bahwa semburan Lusi mud volcano akan berlangsung lama.
Sebagaimana pemodelan yang dilakukan sebelumnya, yang umumnya menggunakan
pendekatan konvensional menghitung volume sumber lumpur atau air di reservoir
(misalnya Batulempung di Formasi Kalibeng, atau air di batugamping Formasi
Kujung-1).
Sedangkan metoda yang dikembangkan pada
studi ini adalah memodel fakta terdapatnya penurunan deformasi tanah (amblesan)
dengan pola peluruhan eksponensial (exponantial decay), dengan asumsi bahwa
deformasi tanah adalah hasil dari semburan lumpur.
Debit semburan akan menurun menjadi tingkat 10% dari tingkat selama 5 tahun belakangan ini
Analisis dengan menggunakan komponen
utama, telah ditemukan bahwa kecepatan
deformasi tanah (rate subsidence),
dan dengan implikasi, terhadap tekanan di daerah sumber lumpur, telah berkurang
secara eksponensial dengan skala bebarapa kali lipat dari ± 21,04
tahun.
Diperkirakan
bahwa debit semburan akan menurun menjadi 10% dari tingkat yang terjadi selama
5 tahun kebelakang. (We anticipate that discharge will
decrease to 10% of the present rate in 5 years).
Catatan:
Hasil penting
bahwa adanya fakta bahwa telah terjadi penurunan kecepatan semburan secara
eksponensial, sehingga disimpulkan bahwa pada 5 tahun ke depan (2017) kecepatan
semburan akan berada 10% dari tingkat saat dilakukan perhitungan (2013) yaitu
10.000m3/hari.
Diskusi
Perkiraan panjang umur semburan sebelumnya
didasarkan pada perkiraan debit lumpur dan beberapa konsepsi model semburan
Usaha-usaha yang telah dilakukan sebelumnya
untuk memperkirakan panjang umur dari semburan Lusi (estimate
the longevity of the Lusi eruption) telah mengandalkan secara signifikan
pada perkiraan debit lumpur (estimates of mud discharge), dikombinasikan dengan
beberapa model konseptual untuk mekanisme semburan (differing
conceptual models for the mechanics of the eruption).
Volume semburan diperkirakan dari
ketebalan batuan sumber dan luas sebarannya
Volume semburan lumpur (The
volume of erupted mud) diperkirakan dari survei lapangan rinci
terhadap ketebalan sedimen (deposit thickness).
Dikombinasikan dengan perkiraan luas dari sebarannya (estimates
of inundated area), berdasarkan
citra satelit [11].
Ketebalan
sumber lumpur dibagi volume lumpur didapatkan perkiraan konservatif panjang
umur 25-35 tahun.
Menggunakan perkiraan ketebalan sumber
lumpur (mud source thickness) dan luasnya sebaran yang berasal dari
profil seismik refleksi dan survei gayaberat (aerial extent derived
from seismic reflection profiles and gravity surveys), [11] telah diperoleh
perkiraan panjang umur konservatif (conservative estimate of longevity)
berkisar 23-35 tahun.
Hal ini didapat dengan membagi volume
lumpur yang tersedia dengan debit volumetric (available volume of mud by the
volumetric discharge).
Perkiraan panjang umur tidak membuat
asumsi tentang mekanisme semburan
Sedangkan perkiraan panjang umur [11]
tidak membuat asumsi tentang mekanisme semburan (no assumptions about
the mechanics of the eruption), perkiraan berikutnya telah diandalkan
model mekanik semburan (mechanical models of the eruption) [6,17].
Salah satu model bahwa semburan
berlanjut oleh adanya akuifer karbonat dalam
Dengan mengambil pendekatan Monte-Carlo
untuk mengeksplorasi pengaruh parameter model yang tidak diketahui, perkiraan panjang
umur probabilistik (probabilistic longevity estimates) dapat dihasilkan dari model mekanis tersebut.
[6]
diasumsikan bahwa semburan berlanjut oleh adanya overpressure dari
akuifer karbonat yang dalam (assumed
that the eruption is sustained by overpressure in a deep carbonate aquifer).
Air naik keatas dari akuifer ini dan
membawa lumpur pada tingkat yang sebanding dengan debit air (entrains
mud at a rate proportional to the water discharge).
Satu model perhitungan panjang umur 26
tahun
Sementara itu dengan menggunakan model
konseptual, perkiraan panjang umur 50 persentil adalah 26 tahun [6].
[17] Diusulkan sebuah model
konseptual yang berbeda untuk semburan (conceptual model for the
eruption).
Dimana didorong oleh overpressure
di daerah sumber lumpur dan larutan padat gas dan ekspansi (the
eruption is driven by overpressure in the mud source region and gas exsolution
and expansion), dan sumber lumpur mengembang selama semburan seperti
lumpur semakin dimobilisasikan (the
mud source expands during the eruption as mud is progressively mobilized).
Menggunakan model konseptual ini,
Pada Rudolph: 2011 menggunakan distribusi probabilitas yang berbeda untuk
parameter model yang tidak diketahui, diperoleh perkiraan panjang umur 50
persentil antara 25-50 tahun.
Bukti baru laju deformasi tanah menurun
seiring perjalanan waktu
Berdasarkan evolusi koefisien amplitudo
temporal dari komponen utama deformasi tanah (the evolution of the
temporal amplitude coefficient of the first principal component of the ground
deformation) (Gambar 2), kami simpulkan bahwa laju deformasi tanah
menurun terhadap waktu (the rate of ground deformation is decreasing in
time).
Kaitan semburan, deformasi di permukaan
dan tekanan dalam ruang lumpur di bawah permukaan
Jika lumpur yang disemburkan dari
sebuah ruang dengan batas-batas spasial yang tetap dan sekitarnya elastis (a
chamber with fixed spatial boundaries and elastic surroundings), deformasi
di permukaan akan linier
sebanding dengan perubahan tekanan dalam ruang lumpur (surface
deformation is linearly proportional to the change in pressure within the mud
chamber).
Berdasarkan asumsi ini, evolusi dari
koefisien amplitudo temporal (the evolution of the temporal amplitude
coefficient) dapat digunakan secara langsung sebagai pendekatan
untuk evolusi tekanan pada sumber lumpur (as a proxy for the
evolution of pressure in the mud source), dan skala waktu peluruhan
eksponensial dari deformasi tanah (the
exponential decay time scale of the ground deformation) (21 ± 04 tahun
Adalah sama dengan peluruhan eksponensial skala waktu tekanan di daerah sumber
lumpur (the exponential decay time scale of pressure in the mud source
region).
Peluruhan (penurunan) eksponensial
skala waktu dari deformasi versus debit semburan
Karena debit adalah berbanding lurus
dengan pengendali gradien tekanan (the driving pressure gradient).
Sedangkan saluran
geometri dan reologi lumpur adalah konstan, kita dapat menggunakan peluruhan
eksponensial skala waktu terkait dengan deformasi tanah langsung sebagai
pendekatan untuk peluruhan eksponensial skala waktu dari debit (the
exponential decay time scale associated with ground deformation directly as a
proxy for the exponential decay timescale of discharge) .
Aliran dari ruang lumpur yang
overpressured (Discharge from an overpressured mud chamber) dengan
lingkungan yang elastis diharapkan secara eksponensial menurun,
sebagai hasil yang berlaku terlepas dari apakah larutan padat volatil terjadi
pada sumber lumpur [20].
Perubahan debit semburan 2006-2012
Kecepatan aliran
Lusi (Discharge from Lusi) pada akhir tahun 2006 [13] adalah
sebesar 100.000m3/hari dan kemudian menurun saat studi dilakukan menjadi
10.000m3/hari[15].
Telah diplot debit pengukuran aliran
petak bersama-sama mencocokan secara eksponensial dengan pengukuran debit (an
exponential fit to the discharge measurements) dengan rumus y = exp (-t / b) dalam Gambar 3.
Waktu kelipatan (b) yang diperoleh
dengan mencocokkan pengukuran debit yaitu 12,08 ± tahun.
Ketidakpastian yang dilaporkan harus
dipandang sebagai batas bawah dari
metodologi, waktu, dan ketidakpastian yang berhubungan dengan pengukuran debit
tidak didokumentasikan dalam literatur.
Dengan demikian, kita menemukan bahwa
evolusi semburan disimpulkan dari pengukuran debit adalah konsisten dengan
(meskipun kurang tertentu daripada) hasil pengamatan geodesi yang dilaksanakan penulis.
Perkiraan semburan pada tahun 2017
<10.000m3
Dengan asumsi bahwa perilaku semburan
selama enam tahun terakhir berlanjut sama (misalnya tidak ada pembentukan
kaldera dan ruang lumpur dan geometri saluran tidak berubah), kami berharap
bahwa debit di Lusi akan menurun dengan besarnya untuk <10.000m3/hari pada 2017
± 1 tahun.
Karena semburan berlanjut, tekanan
elastis dihasilkan sebagai respon dari penarikan lumpur dari kedalaman akan
terus meningkat, dan tekanan ini masih bisa menjadi cukup besar untuk
memobilisasi lumpur tambahan [17] atau untuk menyebabkan kaldera terbentuk (a
caldera to form).
Skenario terbentuknya kaldera
Jika terbentuk suatu kaldera,
tekanan di daerah sumber lumpur tidak lagi diperkirakan akan menurun secara
eksponensial terhadap waktu.
Sebaliknya, tekanan akan dihalangi oleh
penutup (overburden) kaldera (pressure will be
buffered by the overburden of the caldera’s), yang akan diselaraskan dengan sekitarnya oleh
gesekan pada kaldera yang dibatasi patahan-patahan (friction
on Caldera-bounding faults)
Jika ada reservoir fluida
eksternal yang terlibat dalam semburan (external fluid reservoir involved in
the eruption) [6,15], penilaian panjang umur (longevity assessment)
tidak akan
terpengaruh.
Karena
deformasi permukaan (surface deformation) akibat dari penarikan lumpur
yang menjadi aliran dari semburan air, dan tingkat aliran berkaitan dengan
debit (dan overpressure dalam) fluida reservoir eksternal hipotetik, dimana
tekanan diperkirakan menurun secara eksponensial terhadap waktu (pressure is
expected to decrease exponentially in time).
Pengamatan baru menunjukkan bahwa
semburan lusi akan lebih cepat dari perkiraan sebelumnya
Kami menyajikan pengamatan baru
deformasi tanah (new observations of ground deformation) yang
menunjukkan bahwa Lusi akan berhenti menyembur lebih cepat dari yang diantisipasi
sebelumnya (Lusi will stop erupting much sooner than previously
anticipated) [11,6,17].
Perkiraan umur semburan sebelumnya
23-50 tahun berdasarkan perkiraan debit 3 tahun pertama
Penilaian sebelumnya bahaya yang
ditimbulkan (Previous assessments of the hazard) oleh Lusi mengandalkan perkiraan dari debit selama tiga
tahun pertama dari semburan [13,19,11], dimana disimpulkan bahwa semburan akan berlangsung 23-50 tahun [11,6,17].
Selama ini fenomena deformasi tanah
belum digunakan untuk memperkirakan panjang umur semburan
Meskipun deformasi tanah dekat Lusi
telah digunakan sebelumnya untuk mengkarakterisasi pola spasial dan laju
amblesan (the spatial pattern and rate of subsidence) [1] dan untuk
mempelajari sumber dari deformasi tanah selama tahun pertama dari semburan [10].
Namun
deformasi tanah belum digunakan secara langsung untuk memperkirakan panjang
umur semburan (to estimate the longevity of the eruption).
Deformasi tanah akan menurun secara
eksponensial dan debit akan menurun pada 5 tahun menjadi 10% dari kecepatan
yang sekarang
Ditemukan laju deformasi tanah, dan
dengan inferensi, tekanan di daerah sumber lumpur (pressure in the mud
source region), telah
menurun secara eksponensial (decreasing exponentially) dan
debit yang akan turun menjadi 10% dari tingkat yang terjadi pada 5 tahun (discharge
will decrease to 10% of the present rate in 5 years).
Pendahuluan
Semburan Lusi mud volcano menyediakan peluang
mempelajari suatu mud volcano sejak saat lahir sampai menjelang akhirnya:
Semburan Lusi mud
volcano yang masih berlangsung (The ongoing eruption of the Lusi mud volcano), di Jawa Timur,
Indonesia (Gambar 1), menawarkan suatu kesempatan belum pernah terjadi
sebelumnya.
Untuk mempelajari
semburan yang besar dari awal sampai menjelang akhirnyanya (to study a large eruption from its beginning
to its eventual end).
Dampak yang ditimbulkan:
Semburan ini telah menimbulkan
kerusakan pada masyarakat lokal (This eruption has devastated local
communities), mengungsikan lebih
dari 60.000 orang dan menyebabkan > $
4B [16].
Evolusi spasial dan temporal dari sumber pengumpan
semburan tidak jelas:
Meskipun upaya yang signifikan untuk memahami
letusan dan memprediksi umur panjang (Despite significant efforts to understand the eruption
and predict its longevity) [11,6,17,15],
evolusi spasial temporal dari sumber pengumpan semburan tidak dipahami dengan
baik (the spatiotemporal
evolution of the source feeding the eruption is not well understood.).
Pengamatan baru deformasi tanah:
Kami menyajikan
pengamatan yang baru dari deformasi tanah (new observations of ground deformation).
Semburan Lusi akan berhenti lebih cepat dari
perkiraan sebelumnya:
Dimana menunjukkan bahwa Lusi akan
berhenti menyembur lebih cepat, daripada yang diperkirakan sebelumnya (that indicate that Lusi will stop erupting much sooner than previously
anticipated) [11,6,17].
Pengkajian sebelumnya menyimpulkan bahwa semburan akan
berhenti 23-50 tahun:
Pengkajian sebelumnya dari bahaya yang ditimbulkan oleh
Lusi mengandalkan perkiraan debit selama tiga tahun pertama letusan (Previous assessments of the hazard posed by
Lusi relied upon estimates of discharge during the first three years of the
eruption) [13,19,11].
Telah menyimpulkan
bahwa letusan akan berlangsung 23-50 tahun (concluding that the eruption will last 23-50 years) [11,6,17].
Sebelumnya data deformasi tanah tidak digunakan untuk
memperkirakan lama semburan Lusi:
Meskipun tanah
deformasi dekat Lusi telah digunakan sebelumnya untuk menggambarkan pola
spasial dan tingkat penurunan (Although ground deformation near Lusi has been used
previously to characterize the spatial pattern and rate of subsidence) [1].
Juga untuk
mempelajari sumber deformasi tanah selama tahun pertama dari (to study the source of the
ground deformation during the first year of the eruption) [10].
Namun deformasi
tanah tidak digunakan secara langsung untuk memperkirakan panjang umur semburan
(ground deformation has not
been used directly to estimate the longevity of the eruption).
Tingkat
deformasi menyimpulkan terjadi penurunan tekanan di daerah sumber secara
eksponensial:
Kami menemukan
bahwa tingkat deformasi tanah (the rate of ground deformation), dan dengan
kesimpulan, bahwa tekanan dalam daerah
sumber lumpur (pressure in the mud source region), menurun secara eksponensial.
Debit akan
menurun menjadi 10% dari tingkat 5 selama
ini:
Dimana debit akan
turun menjadi 10% dari tingkat kecepatan saat ini pada 5 tahun tahun ke depan (is decreasing exponentially
and that discharge will decrease to 10% of the present rate in 5 years).
[1] Abidin, H. Z., R. Davies, M. Kusuma, H. Andreas, and T. Deguchi, Subsidence and uplift of Sidoarjo (East Java) due to the eruption of the Lusi mud volcano (2006-present), Environmental Geology, 2008.
References
[1] Abidin, H. Z., R. Davies, M. Kusuma, H. Andreas, and T. Deguchi, Subsidence and uplift of Sidoarjo (East Java) due to the eruption of the Lusi mud volcano (2006-present), Environmental Geology, 2008.
[2] Bathke, H., M. Shirzaei, and T. R. Walter,
Inflation and deflation at the steep-sided Llaima stratovolcano (Chile)
detected by using InSAR, Geophys. Res. Lett, 38(10), L10,304,
2011.
[3] Bjerhammar, A., Bjerhammar (1973) Theory of
errors and generalized matrix inverses, Elsevier, Amsterdam, 1973.
[4] Chen, C. W., and H. A. Zebker, Two-dimensional
phase unwrapping with use ofstatistical models for cost functions in nonlinear
optimization, Journal of the Optical Societyof America A: Optics, 18(2),
338–351, 2001.
[5] Costantini, M., and P. A. Rosen, A generalized
phase unwrapping approach for sparse data, inProceedings IEEE 1999
International Geoscience and Remote Sensing Symposium, pp. 267–269, IEEE,
1999.
[6] Davies, R. J., S. Mathias, R. E. Swarbrick, and
M. Tingay, Probabilistic longevity estimate for the LUSI mud volcano, East
Java, Journal of the Geological Society, 168(2), 517–523, 2011.
[7] Eckart, C., and G. Young, The approximation of
one matrix by another of lower rank,Psychometrika, 1(3), 211–218,
1936.
[8] Farr, T. G., P. A. Rosen, E. Caro, R. Crippen,
R. Duren, S. Hensley, M. Kobrick,M. Paller, E. Rodriguez, L. Roth, D. Seal, S.
Shaffer, J. Shimada, J. Umland, M. Werner, M. Oskin, D. Burbank, and D.
Alsdorf, The Shuttle Radar Topography Mission, Rev.Geophys., 45(2),
2007.
[9] Franceschetti, G., Synthetic aperture radar
processing, CRC Press, Boca Raton, 1999.
[10] Fukushima, Y., J. Mori, M. Hashimoto, and Y.
Kano, Subsidence associated with the LUSI mud eruption, East Java, investigated
by SAR interferometry, Marine and PetroleumGeology,26(9),
1740–1750, 2009.
[11] Istadi, B., G. Pramono, and P. Sumintadireja,
Modeling study of growth and potential geohazard for LUSI mud volcano: East
Java, Indonesia, Marine and Petroleum Geology, 26, 1724–1739,
2009.
[12] Jolliffe, I., Principal Component Analysis,
Springer-Verlag, 1986.
[13] Mazzini, A., H. Svensen, G. Akhmanov, G.
Aloisi, S. Planke, A. Malthe-Sørenssen, and B. Istadi, Triggering and dynamic
evolution of Lusi mud volcano, Indonesia, Earth andPlanetary Science Letters,
261, 375–388, 2007.
[14] Mazzini, A., A. Nermoen, M. Krotkiewski, Y.
Podladchikov, S. Planke, and H. Svensen, Strike-slip faulting as a trigger
mechanism for overpressure release through piercement structures. Implications
for the Lusi mud volcano, Indonesia, Marine andPetroleum Geology,26(9),
1751–1765, 2009.
[15] Mazzini, A., G. Etiope, and H. Svensen, A new
hydrothermal scenario for the 2006 Lusi eruption, Indonesia. Insights from gas
geochemistry, Earth and Planetary Science Letters, 317–318(0),
305–318, 2012.
[16] Richards, J. R., Report into the Past,
Present, and Future Social Impacts of Lumpur Sidoarjo,Tech. rep.,
Humanitus Sidoarjo Fund, 2011.
[17] Rudolph, M. L., L. Karlstrom, and M. Manga, A
prediction of the longevity of the Lusi mud eruption, Indonesia, Earth and
Planetary Science Letters, 308(1-2), 124–130, 2011.
[18] Shirzaei, M., A Wavelet-Based Multitemporal
DInSAR Algorithm for Monitoring Ground Surface Motion, IEEE Geoscience and
Remote Sensing Letters, PP(99), 1–5, 2012.
[19] Tingay, M., O. Heidbach, R. Davies, and R. Swarbrick,
Triggering of the Lusi mud eruption: Earthquake versus drilling initiation, Geology,
36(8), 639–642, 2008.
[20]
Woods, A. W., and H. E. Huppert, On magma chamber evolution during slow
effusive eruptions, J. Geophys. Res., 108(B8), 2403, 20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar