Gambar Tambahan 2.
Data eksperimen menunjukkan adanya penurunan yang besarpada rasio Vp/Vs, dengan meningkatnya tegangan efektif(large reductions in Vp/Vs ratios with increasing effective stress).
Telah digunakan pengukuran Vp sebesar 2000 m/d di bagian atas dari lapisan lumpur untuk memperkirakan suatu Vs sekitar 750 m/d pada batas ini.
Catatan kecepatan gelombang-S sebesar 380 m/d pada lapisan lumpur (Vp/Vs = 4,5, gambar tambahan 4) menunjukkan tegangan efektif rendah (low effective stress) yang mewakilidari horizon yang berada di bawah konsolidasi dan tekananberlebih (under-consolidated and over-pressured horizon).Dalam hal ini biasanya disebut sebagai suatu zona dengankecepatan rendah (low-velocity zones). Dimodifikasi dari [Lee, 2010].
Tambahan Gambar 3.
Suatu montase lengkap dari log sumur direkam dari lubang bor BJP1 (montage of the well log recorded for the BJP1 borehole.).
Dalam penelitian yang asli (original study), telah ditafsirkan bahwa lapisan atas lumpur (the top of the mud layer) eksis pada kedalaman sekitar 1.100 m, berdasarkan profil kecepatanyang sebelumnya telah dipublikasikan.
Namun, data log sumur yang direkam dari lubang bor (log data recorded at borehole) BJP1 menunjukkan bahwa lapisan lumpur dimulai pada kedalaman ~ 900 m, hal ini telah disesuaikan pada analisis dan interpretasi.
Gambar Tambahan 4.
Pengukuran rasio Vp/Vs menunjukkan konsistensi peningkatanrasio sekitar 4,5 di dalam lapisan lumpur, mengindikasikan suatu lingkungan tekanan efektif yang rendah (tekanan pori tinggi) (a low effective stress (high pore pressure) environment).
LAMPIRAN:
Lusi mud eruption triggered by geometric focusing of seismic waves
Semburan lumpur Lusi dipicu oleh geometri
pemusatan gelombang seismik
M. Lupi1, E. H. Saenger2, F. Fuchs1 and S. A. Miller1
1Geodynamics/Geophysics, Steinmann Institute, University of Bonn, 53115, Germany,
2Geology Institute, ETH-Zurich, ETH 8092, Switzerland.
(Presentaddress:) Geology Institute, ETH-Zurich, ETH 8092, Switzerland.
*e-mail: miller@geo.uni-bonn.de
This scientific article has been contributed By Jeffrey Richard, Director of Humanitus Sidoarjo Fund (HSF), which is domiciled in Australia.
Received by Hardi Prasetyo on July 22, 2013, to be placed on the Lusi Library: Knowledge Management. Included for review in Indonesian, as a trade mark of Lusi Library which has been developed in 2010, and supported by experts from around the world earth.
Thanks and appreciation to Jeffrey.
Tinjauan Indonesia, Oleh Hardi Prasetyo,
Untuk Lusi Library
Awal semburan Lusi.
Semburan Lusi (Lusi mud eruption) di Jawa, Indonesia, bermula pada Mei 2006 dan saat ini masih terus berlangsung hingga saat ini. Telah diusulkan adanya dua pemicu yang berbeda.
Semburan dipicu ledakan dalam.
Semburan bisa saja dipicu oleh pengeboran pada sumur eksplorasi gas, sebagaimana dibuktikan oleh adanya variasi tekanan yang khas tipe sebagai jenis dari suatu ledakan di dalam(internal blowout).
Dipicu oleh Gemabumi Yogyakarta.
Sebagai alternatif, pergeseran patahan (fault slip) terkait dengan gempa Yogyakarta M 6.3, yang terjadi dua hari sebelum semburan. Sehingga dapat memobilisasi lumpur, sebagaimana yang diusulkan untuk percampuran hasil cairan dangkal dan dalam sangat diturunkan dalam menggerakan lumpur dan arah kelurusan saluran lumpur searah dengan patahan tektonik.
Metoda mumerical wave propagation.
Telah digunakan percobaan propagasi gelombang numerik untuk menunjukkan bahwa, lapisan-lapisan batuan di sekitar semburan dengan impedansi tinggi dan bentuk parabola, kecepatan tinggi telah memantulkan, memperkuat dan memfokuskan energi seismik yang berasal dari gempa Yogyakarta.
Fluida lumpur dan reaktivasi Patahan Watukosek.
Simulasi yang dilakukan telah menunjukkan bahwa konsentrasi energi di lapisan lumpur sudah cukup untuk mencairkan sumber lumpur, sehingga memungkinkan fluida lumpur dan CO2 diinjeksi kedalam dan mengaktifkan kembali Patahan Watukosek.
Hubungan Patahan dan Hidrotermal.
Patahan ini secara hidrolika menghubungkan dengan sistem hidrotermal yang dalam (deep hydrothermal system) yang secara berlanjut memberi umpan pada semburan.
Kesimpulan Fenomena Alam. Kami menyimpulkan bahwa semburan lumpur Lusi merupakan suatu kejadian alam (We conclude that the Lusi mud eruption was a natural occurrence).
Perkuatan energi seismik pada sistem volkanik-hydrothermal.
Kami juga berpendapat bahwa satuan batuan-batuan parabola dengan bervariasi impedansi akustik dapat memusatkan dan memperkuat energi seismik yang datang dan memicu suatu respons dalam sistem-sistem vulkanik dan hidrotermal (volcanic and hydrothermal systems) yang sebaliknya telah tenang.
Abstract (original)
The Lusi mud eruption in Java, Indonesia, began in May 2006 and is ongoing. Two different triggers have been proposed.
The eruption could have been triggered by drilling at a gas exploration well, as evidenced by pressure variations typical of an internal blowout 1,2.
Alternatively, fault slip associated with the M 6.3 Yogyakarta earthquake two days before the eruption could have mobilized the mud3, as suggested by mixing of shallow and deeply derived fluids in the exhaling mud 3,4 and mud-vent alignment along a tectonic fault.
Here we use numerical wave propagation experiments to show that a high-impedance and parabolic-shaped, high-velocity layer in the rock surrounding the site of the Lusi eruption could have reflected, amplified and focused incoming seismic energy from the Yogyakarta earthquake.
Our simulations show that energy concentrations in the mud layer would have been sufficient to liquefy the mud source, allowing fluidized mud and exsolved CO2 to be injected into and reactivate the Watukosek Fault.
This fault connects hydraulically to a deep hydrothermal system that continues to feed the eruption.
We conclude that the Lusi mud eruption was a natural occurrence.
We also suggest that parabolic lithologies with varying acoustic impedance can focus and amplify incoming seismic energy and trigger a response in volcanic and hydrothermal systems that would have otherwise been unperturbed.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar