Minggu, 03 Juni 2018

Sutriono EGU 2018: Semburan Lusi Tinjauan ke belakang pada data pemboran Banjarpanji-1

Situs Semburan Lusi
Geophysical Research Abstracts Vol. 20, EGU2018-2125, 2018 EGU General Assembly 2018 © Author(s) 2017.

Semburan Lusi mud volcano (Indonesia): Tinjauan ke belakang pada data pemboran Banjarpanji-1  yang menghilangkan spekulasi terhadap pemicu Pemboran

The Lusi mud eruption (Indonesia): A look back on Banjarpanji 1 Drilling Data that Dismiss the Speculation on Drilling Triggers

Edi Sutriono (1), Bambang Istadi (1), Nurrochmat Sawolo (2), and Agung Darmoyo (1)
(1) Energi Mega Persada, BD, Indonesia (bambang.istadi@emp.id),
(2) Drilling Consultant


Ditinjau Oleh: Dr. Hardi Prasetyo
Sciences Manager,  Misi Nasional Penanggulangan Bencana LUSI
2006-2017, Kerjasama BPLS-LUSI LAB
TINJAUAN: EGU 2018

Abstrak

Semburan lumpur Lusi bemula pada tanggal 29 Mei 2006, bersamaan dengan terjadinya situs erupsi lainnya, yang berlokasi searah dengn membentuk suatu kelurusan (simultaneously with other aligned eruption sites) di Timurlaut Jawa, Indonesia.
Selama fase awal terjadinya semburan, data pengeboran sumur Banjarpanji 1 yang lokasinya berdekatan. tetap tidak dipublikasikan (the drilling data of the neighboring Banjarpanji 1 well remained unpublished).
Kurangnya data ini (This lack of data) telah menyebabkan banyak teori-teori berkenaan dengan pemicu semburan (regarding the triggering of the eruption sites) yang bersifat spekulatif (led to many speculative theories).
Pada tahun 2009 Sawolo dkk. (2009-2010) telah mempresentasikan dan membahas data pengeboran sumur Banjarpanji-1, sehingga data terkait telah membuat sepenuhnya tersedia (making these fully available) untuk ranah publik (to public domain)
Hal ini memungkinkan bagi para Insinyur pengeboran profesional untuk melakukan analisis mereka sendiri (to perform their own analysis) dan menghasilkan kesimpulan mereka sendiri (come up with their own conclusions).
Pada paparan ini disajikan secara penuh data pengeboran (present the full drilling data) dan menyoroti kronologi kejadian yang bermakna (highlight the chronology of the events).
Selanjutnya mengundang pihak yang tertarik untuk dapat menginspeksi terhadap himpunan data (welcoming inspections of the dataset).
Para Insinyur pengeboran yang berpengalaman telah mengetahui tentang banyaknya data pengeboran yang tersedia.
Setiap data yang akan digunakan untuk analisis harus diperiksa silang (Any data to be used for analysis must be cross checked), untuk memastikan keandalan dan transparansi sepenuhnya (to ensure its reliability and full transparency) pada interpretasi (of the interpretation).
Analisis yang bias dapat berisiko memilih data yang sesuai (Biased analysis may run the risk of selecting suitable data), hanya untuk menjelaskan hipotesis yang telah ditetapkan sebagai suatu yang apriori (only to explain hypothesis preset a-priori).
Sebagai contoh, seseorang harus memberi bobot lebih pada bukti yang tidak bias (As an example, one should give more weight to unbiased) dan bukti yang padu   (and solid evidence) seperti data Real Time Mud Logger, tekanan pepompaan terdokumentasi, dan lain-lain sebelum menghitung pengamatan visual yang kurang padu (before counting on less solid visual observations)
Metode analisis adalah bidang lain dimana pengalaman di lapangan sangat penting.
Bila dataset lengkap terintegrasi dan analisis tekanan dilakukan di sumur Banjarpanji 1, seperti pada Sawolo et al. (2010), sehingga hal ini dengan jelas telah menunjukkan bahwa sepatu selubung tetap utuh (it clearly points out to an intact casing shoe)
Hal tersebut  menunjukkan tidak adanya hubungan langsung antara sumur dan situs erupsi lumpur yang sedang berlangsung (no direct connection between the well and the ongoing mud eruption sites).
Hal ini sangat mengusulkan bahwa pemicu pengeboran terhadap semburan LUSI (This strongly suggests that the drilling trigger of the LUSI eruption) bukanlah merupakan teori yang masuk akal (is not a plausible theory).
Penulis menyambut adanya penelitian lebih lanjut di situs semburan LUSI (The authors welcome further studies on the LUSI eruption site) untuk membantu pemahaman yang lebih baik terhadap asal mula dan wujud (to help a better understanding of the origin and nature) dari fenomena yang spektakuler ini (of this spectacular phenomenon).
Namun penelitian ke depan, harus dilakukan secara profesional (Future studies, however, should be done professionally) berdasarkan keahlian spesifik seseorang, kumpulan data terpadu dan penerapan praktik teknik pengeboran yang tepat (proper application of a sound engineering drilling practice).

Abstract Original


The Lusi mud eruption started the 29th of May 2006 simultaneously with other aligned eruption sites in the NE of Java, Indonesia. During the early phases of the eruption, the drilling data of the neighboring Banjarpanji 1 well remained unpublished. 
This lack of data led to many speculative theories regarding the triggering of the eruption sites. In 2009 Sawolo et al. (2009-2010) presented and discussed the drilling data of the Banjarpanji1 well making these fully available to public domain.
This allowed professional Drilling Engineers to perform their own analysis and come up with their own conclusions.
Here we present the full drilling data and highlight the chronology of the events welcoming inspections of the dataset. Experienced Drilling Engineers are aware about the vast amount of drilling data available.
Any data to be used for analysis must be cross checked to ensure its reliability and full transparency of the interpretation. Biased analysis may run the risk of selecting suitable data only to explain hypothesis preset a-priori.
As an example, one should give more weight to unbiased and solid evidence such as Mud Logger’s Real Time Data, documented pump pressures, etc. before counting on less solid visual observations.
 Method of analysis is another area where field experience is crucial. When the full dataset is integrated and pressure analysis done on the Banjarpanji 1 well, as in Sawolo et al. (2010), it clearly points out to an intact casing shoe and no direct connection between the well and the ongoing mud eruption sites.
 This strongly suggests that the drilling trigger of the LUSI eruption is not a plausible theory. The authors welcome further studies on the LUSI eruption site to help a better understanding of the origin and nature of this spectacular phenomenon.
Future studies, however, should be done professionally based on one’s specific expertise, an integrated dataset and proper application of a sound engineering drilling practice.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar