Selasa, 03 Maret 2015

Istadi 2009, KAPETA DEFORMASI, Dokumen


SERI LUSI MUD VOLCANO 9 TAHUN
MENEMANI LUSI 8 TAHUN

KAPETA DEFORMASI LUSI

Studi Pemodelan Pertumbuhan dan Potensi Geohazard Mud Volcano Lupsi: Jawa Timur, Indonesia 


Bambang P. Istadi a,*, Gatot H. Pramono b,
Prihadi Sumintadireja c, Syamsu Alam d


Makalah ini dirancang untuk Lusi Library: Knowledge Management
Dengan Misi menyediakan dan menyampaikan informasi dan pemahaman terhadap fenomena Lusi mud volcano baik kepada publik umum maupun Pendidikan Kebumian di Indonesia pada khususnya
Apresiasi disampaikan kepada Penulis Bambang P. Istadi

 

Dikontribusikan Oleh: Hardi Prasetyo
29 Mei 2009 (3 Tahun Semburan Lupsi)
DOKUMEN BASELINE 01, 2009

POKOK BAHASAN DAN KATA KUNCI

Sari

·        Mud volcano Lupsi:
·        Durasi semburan dan kelanjutan dampak ke depan:
·        Besarnya dampak ke depan?
·        Menyediakan skenario untuk penanggulangan:
·        Perlunya pemahaman  proses geologi  Pengendalikan evolusi mud volcano:
·        Membangun simulasi model 3-D untuk 10 tahun ke depan:
·        Masukan model (kecepatan semburan, subsidence dan topografi):
·        Validasi citra satelit Desember 2007:
·        Model lumpur mengalir ke barat, utara dan timur:


Kesimpulan

·        Mud volcano Lupsi terjadi pada bidang patahan:

·        Dinamika tektonik telah dan akan merusak tatanan struktur permukaan:
·        Kerusakan pada infrastruktur disebabkan pergerakan tanah dan bubble gas:
·        Tidak mungkin menghentikan semburan dan kesulitan Relief Well baru:
·        Perkiraan kegagalan Relief Well ke depan: Implementasi
·        Fenomena subsidence  dan  patahan Watukosek mempersulit pemboran:

·        Parameter aliran lumpur akan berhenti:

·        Model untuk memperkirakan waktu dan luasnya daerah terdampak:
·        Model dikembangkan berdasarkan data set dikalibrasi dengan citra satelit:
·        Model pertumbuhan mud volcano versus subsidence terhadap waktu:
·        Model dengan faktor kecepatan semburan, subsidence, runtuhnya tanggul:

Pendahuluan

·        Awal dan lokasi Semburan Lupsi:
·        Fluktuasi kecepatan semburan:
·        Tabel  intensitas semburan Juni 2006-Desember 2008
·        Penyebab dan pemicu semburan masih diperdebatkan:
·        Skenario underground blowout:
·        Skenario reaktivasi patahan:
·        Persepsi awal hubungan semburan dan BJP-1:
·        Kesimpulan tidak ada hubungan antara semburan dan BJP-1 dan rasionalisasinya:
·        Skenario reaktivasi P. Watukosek, sehingga semburan tidak dapat dihentikan:
·        Lupsi tidak dapat lagi dihentikan, dan diprediksi akan mengalir berabad-abad lamanya.
·        Mud volcano Lupsi menyediakan informasi saat lahir sampai tahap berkembang:
·        Fokus makalah pada resiko geohazard ke depan


Geologi Umum

·        Referensi Pemahaman Cekungan Jawa Timur
·        Cekungan busur belakang:
·        Tektonik Ekstensi Tersier Awal:
·        Patahan membentuk sub-basin NE-SW:
·        Konfigurasi basement dan basement ridge:
·        Formasi Ngimbang:
·        Batugamping Terumbu:
·        Tektonik Transpresi:
·        Batulumpur Formasi Kalibeng dan Pucangan:
·        Volkanik di Jawa sebagai sumber batuan:
·        Pengendapan yang cepat:
·        Zona sedimen bersifat plastis:
·        Formasi Kalibeng sebagai sumber dari mud volcano di Jawa:
·        Jawa Timur ideal untuk pembentukan mud volcano:
·        Peran P. Watukosek untuk pembentukan mud volcano Lupsi:

Resiko Bencana Geologi (Geohazard Risks)

·        Dampak semburan Lupsi:
·        Antisipasi skenario kasus terburuk:
·        Studi kasus mud volcano di Jatim dan Bleduk Kuwu:
·        Awal Lupsi terdiri dari 5 titik semburan:
·        Bubble dengan gas terbentuk di zona lemah atau reaktifasi patahan:
·        Bubble berjumlah 90 bersifat berfluktuatif:
·        Gas bubble mudah dan sulit terbakar:
·        Terjadinya kebocoran pada penyekat:
·        Bubble dengan gas bersumber dari lapisan dalam:
·        Pembentukan gas secara termogenik (thermogenic origin):
·        Perhatian pada daerah terjadi reaktivasi patahan:
·        Pergerakan horisontal dan vertikal:
·        Dampak dari perekahan terhadap masyarakat dan infrastruktur:
·        Indikasi pergerakan patahan pada rel kereta api:
·        Patahan menyebabkan pipa gas dan PDAM patah atau pecah:
·        Patahan mengendalikan timbulnya bubble gas:
·        Berlanjutnya subsidence membentuk daerah depresi diisi lumpur:
·        Viskositas Lupsi yang rendah, sulit akumulasi secara vertikal:
·        Lumpur menyebar ke samping dan menekan tanggul-tanggul:
·        Resiko daerah terdampak meluas makin besar:
·        Kegagalan tanggul ke depan makin besar:
·        Masyarakat harus dipersiapkan:
·        Indikator resiko geohazard dan pengendali mekanismenya:

Menghentikan Semburan

·        Upaya menghentikan semburan selama ini:
·        Semburan akan keluar dari bidang Patahan Watukosek:
·        Keberlanjutan semburan dan intensitas:
·        Kondisi dan kejadian Lupsi berdasarkan data sumur eksplorasi:
·        Skenario Lupsi keluar dari bidang patahan:
·        RW-1 menghadapi daerah deformasi geologi atau zona Patahan:
·        Diasumsikan sumur BJP-1 tidak menembus patahan:
·        Aktivitas patahan aktif menimbulkan banyaknya bubble aktif:
·        Masalah pada saat reentry BJP-1:
·        Dampak subsidence dan pergerakan horisontal pada pengoperasian sumur:
·        Pergerakan sepanjang bidang sesar dan dampaknya:
·        Semburan sulit, aliran Lupsi lama, perhatian ditujukan pada geohazard:
·        Perkiraan resiko geohazard untuk perencanaan wilayah:

Dimensi Lumpur dan Volume

·        Pentingnya nilai atau dimensi aliran lumpur:
·        Metoda yang diterapkan:
·        Genangan Lupsi Juni dan Juli 2006:
·        Genangan Lupsi Mei 2007:
·        Hasil Gayaberat
·        Nilai ‘gravity low’ di bawah semburan:
·        Batas bidang sesar:
·        Perubahan density mencerminkan kondisi struktur bawah permukaan:
·        Bukti pengurangan masa pada pusat semburan:
·        Meningkatnya nilai anomali negatif dipicu oleh subsidence sebagai konsekuensi meningkatnya volume yang hilang:
·        Anomali gayaberat negatif karena adanya perbedaan densitas dikaitkan dengan peningkatan semburan:
·        Anomali positif terkait dengan pergerakan masa sepanjang bidang sesar:

Model Simulasi Pertumbuhan Lumpur

·        Pengembangan pemodelan tiga dimensi:
·        Parameter model:
·        Metoda/tekonologi yang digunakan:
·        Estimasi Lama Semburan Lumpur
·        Lama semburan berdasarkan besarnya volume sumber lumpur:
·        Penentuan ketebalan lampiran serpih bertekanan tinggi:
·        Kurva kompaksi (compaction curve):
·        Model Sejarah Penguburan (burial history):
·        Kompaksi Formasi Kalibeng Atas:
·        Formasi Kalibeng Bawah:
·        Perkiraan ketebalan Formasi Kalibeng over pressure:
·        Luas Zona Seismik dengan kecepatan rendah: 2 dan 1,3 km2
·        Perhitungan lama semburan dengan asumsi semburan 100.000m3/hari:
·        Konstrain prediksi lama semburan dan mekanisme aliran:
·        Lama semburan terkait aliran masuk:
·        Aliran tidak beraturan (fluktuasi):
·        Kecepatan Semburan
·        Waktu pengukuran:
·        Identifikasi sumber lumpur dari kurva kompaksi:
·        Identifikasi dari data seismik refleksi:
·        Perhitungan kecepatan antara volume dan semburan harian: Hasil perhitungan:
·        Citra satelit untuk mengkoreksi model:
·        Mendapatkan angka kecepatan semburan yang realistis:
·        Subsidence
·        Asumsi hubungan subsidence dan semburan:
·        Konsepsi penyebab semburan:
·        Perhitungan kecepatan dan cakupan/luas daerah:
·        Waktu pengukuran GPS:
·        Besaran (magnitude) Subsidence:
·        Ekspresi permukaan subsidence seperti baskom: (basin-like shape).
·        Analogi dengan struktur Runtuh Porong: Diapir dan piercement sedimen overpressure
·        Hasil Penting
·        Volume awal dan kecepatan:
·        Simulasi Pertumbuhan Lusi mud volcano: Lumpur tidak akan berekspansi ke utara, dan ke selatan karena dibatasi oleh sungai.
·        Bulan Desember 2008: Lumpur akan mulai membanjiri daerah barat dimana terdapat jalan raya dan rel kereta api.
·        Juni 2009, beberapa kilometer jalan akan tergenang lumpur.  Pengecekan pada Desember 2008 memperlihatkan bahwa lumpur tidak membanjiri jalan raya dan rel kereta api, sebagai hasil dari implementasi perkuatan tanggul-tanggul barat.

Sari


Mud volcano Lupsi:

Mud volcano yang dikenal sebagai Lupsi, pertamakali menyembur 29 Mei 2006 di Jawa Timur, Indonesia.

Durasi semburan dan kelanjutan dampak ke depan:

Semburan Lupsi telah berlanjut lebih dari dua tahun, dan dapat berlanjut beberapa tahun mendatang. Sehingga berpotensi menimbulkan dampak pada daerah yang lebih luas lagi.

Besarnya dampak ke depan?

Pertanyaan mendasar adalah sebesar besar dampak yang mungkin ditimbulkan pada daerah tersebut ke depan?

Menyediakan skenario untuk penanggulangan:

Jawaban dari pertayaan di atas menurut penulis buku yang penting adalah menyediakan suatu skenario yang terbaik (the best case scenario) untuk merelokasi warga, infrastruktur, mengelola kerusakan lingkungan dan ekonomi yang ditimbulkannya.

Perlunya pemahaman terhadap proses geologi yang mengendalikan evolusi mud volcano:

Untuk membuat suatu prediksi yang lebih akurat terhadap kemungkinan yang terjadi pada masa yang akan datang, diperlukan adanya pemahaman terhadap proses-proses geologi yang mengendalikan evolusi mud volcano.
Membangun simulasi model 3-D untuk 10 tahun ke depan:
Pada makalah ini, telah dibangun suatu simulasi model 3-dimensi untuk memperkirakan daerah yang dapat tekena dampak untuk periode lebih dari 10 tahun.  Dengan fokus pada perioda dari Desember 2007 sampai Juni 2010.


Masukan model (kecepatan semburan, subsidence dan topografi):
Sebagai masukan dari model utama adalah kecepatan semburan lumpur, kecepatan subsidence dan topografi.
Validasi citra satelit Desember 2007:
Prediksi dari model tersebut telah divalidasi dengan membandingkan hasil citra satelit pada perioda yang sama, yaitu bulan Desember 2007.
Model lumpur mengalir ke barat, utara dan timur:
Hasil pemodalan mengindikasikan bahwa aliran lumpur cenderung menyebar ke arah barat dan khususnya ke timur dan utara dari daerah terdapak saat ini.
Dinamika kondisi bawah permukaan di daerah terdampak menimbulkan resiko geohazard, yang akan didiskusikan dalam makalah.

KESIMPULAN


Mud volcano Lupsi terjadi pada bidang patahan:

Telah terbentuk mud volcano secara alami pada lokasi Lupsi. Berdasarkan analisis diketahui bahwa pergerakan aliran lumpur berlangsung sepanjang bidang patahan.
Secara lebih regional, telah berkembang banyak mud volcano di daerah ini (Jawa Timur dan Jawa Tengah), dan karena itu sangat besar jumlah lumpur yang telah disemburkannya.

Dinamika tektonik telah dan akan merusak tatanan struktur permukaan:

Gerakan tektonik yang konstan telah dan akan terus merusak tatanan struktur permukaan, infrastruktur, rumah dan tanggul-tanggul serta menyebabkan luapan lumpur.

Kerusakan pada infrastruktur dan disebabkan oleh bubble gas:

Pergerakan horizontal dan vertikal akan lebih merusak infrastruktur, khususnya jalan raya,  pipa gas dan pipa PDAM.
Berlanjutnya reaktivasi patahan dan pembentukan rekahan dan rongga-rongga menyebabkan munculnya gas bubble pada daerah dengan radius 2-3 km dari pusat semburan Lumpur, yang berada sepanjang kelurusan dari zona lemah.

Tidak mungkin untuk menghentikan semburan dan kesulitan Relief Well baru bila akan diterapkan:

Tidak ada peluang untuk dapat menghentikan semburan lumpur. Upaya menghentikan semburan lumpur tidak mungkin untuk dapat dilakukan dengan pemboran Relief Well yang baru (sebelumnya telah dilakukan 2 RW).
Karena beberapa masalah akan timbul pada sumur relief ke depan. Terutama adanya pergerakan tanah sehingga akan menyebabkan ketidakstabilan peralatan anjungan, lokasi, selubung pemboran akan runtuh dan memutuskan tail pemboran.

Perkiraan kegagalan Relief Well ke depan: Implementasi

Bila Relief Well baru tetap akan diimplementasikan, diperkirakan akan mengalami situasi loss dan kick sehingga dapat kehilangan tekanan di dalam selubung.
Selanjutnya akan menyebabkan lobang pemboran tersumbat, oleh adanya pergerakan.
Diperkirakan tidak ada lokasi yang jelas (ideal) untuk dapat melakukan pemboran sumur Relief Well tersebut.

Fenomena subsidence yang mempersulit pemboran, kemungkinan semburan muncul kembali sepanjang bidang patahan Watukosek:

Pemboran yang dilaksanakan dari sisi luar daerah subsidence tidak efektif, karena pergerakan horizontal juga akan sangat besar.
Bila semburan lumpur dapat dihentikan pada satu lokasi, diperkirakan akan muncul di lokasi lainnya sepanjang  zona patahan Watukosek.

Parameter aliran lumpur akan berhenti:

Semburan lumpur secara alami akan berhenti ketika dicapai keseimbangan antara tekanan permukaan (surface) dan masa di bawah permukaan (subsurface).
Model untuk memperkirakan waktu dan luasnya daerah terdampak:
Dalam makalah ini, suatu modal simulasi tiga dimensi telah dibangun untuk memperkirakan waktu dan luasnya daerah genangan.
Model simulasi ini dikembangkan dengan menerapkan pendekatan GIS (Geographic Information System).
Model dikembangkan berdasarkan data set dan dikalibrasi dengan citra satelit:
Sebagai masukan model berasal dari beberapa set data. Model tersebut telah dikalibrasi menggunakan data lapangan luapan lumpur dan citra satelit  bulan Desember 2007.
Model pertumbuhan mud volcano versus subsidence terhadap waktu:
Pada model prediksi, diperkirakan besaran, waktu pertumbuhan mud volcano dan penenggelaman tanah.
Pengamatan secara periodik di daerah yang ditentukan sebagai daerah bahaya pada resiko geohazard diperlukan untuk memutahirkan model, khususnya dalam mengidentifikasikan pengaktifan kembali patahan sepanjang sumbu kelurusan zona patahan Watukosek dan patahan-patahan lainnya.
Aktualisasi model berdasarkan faktor kecepatan semburan, subsidence, runtuhnya tanggul:
Kecepatan lumpur, subsidence, dan runtuhnya tanggul merupakan data yang dinamis, sehingga data baru yang tersedia harus diintegrasikan pada model untuk menyempurnakan suatu perkiraan secara lebih realistik.

PENDAHULUAN

Gambar. 1. Lokasi Lupsi kira-kira 30m selatan dari Surabaya. Kerangka Tektonik Regional (Regional tectonic framework) Jawa Timur (atas kanan) memperlihatkan arah patahan regional NESW dan EW. Peta gayaberat Bouguer (Bouguer gravity map) diproses dengan menggunakan nilai densitas sebesar 2.65 g/cc, daerah Jawa Timur memperlihatkan adanya pusat pengendapan dari Cekungan Jawa Timur (East Java Basin’s depositional centers) ditandai dengan warna biru yang dikontrol oleh patahan utama.

 Awal dan lokasi Semburan Lupsi:
Semburan lumpur terjadi 29 Mei 2006 pada 5 lokasi tersebar/terpisah satu dengan lainnya,  membentuk suatu kelurusan berarah NNE-SSW, kira-kira berjarak 200 m jauhnya dari sumur Eksplorasi Banjarpanji-1 (disebut BJP-1) di Sidoarjo.
Pusat Semburan Lupsi berlokasi kira-kira 30 km selatan dari Surabaya, Jawa Timur Indonesia. Lokasi Lupsi kira-kira berjarak 700 m dari kelurusan Zona Patahan Watukosek.
Fluktuasi kecepatan semburan:
Pada bulan-bulan pertama (Mei-Juni 2006) semburan lumpur panas terjadi kecepatan aliran (flow rate) sebesar 50.000 m3/hari.  September 2006 kecepatan semburan meningkat menjadi 125.000 m3/hari. Mencapai maksimum sebesar 156.000 m3/hari pada Desember 2006. Desember 2008 menurun kembali dengan kecepatan mendekati 90.000 m3/hari.

Tabel  intensitas semburan Juni 2006-Desember 2008

Bulan/Tahun
Semburan  m3/hari
Mei-Juni 2006

50.000 m3/hari
September 2006
Desember 2007
125.000 m3/hari-
156.000 m3/hari.
Desember 2008
90.000 m3/hari.

Penyebab dan pemicu semburan masih diperdebatkan:
Sampai saat ini, penyebab semburan lumpur panas di Sidoarjo masih terus menjadi bahan perdebatan, antara lain Mazzini et al., 2007; Davies et al., 2007, 2008; Tingay et al., 2008; Sawolo et al., 2008; Istadi et al., 2008.
Sebagai konsekuensi itu untuk mendapatkan solusinya (menghentikan atau mengurangi debit semburan) masih menjadi masalah.
Skenario underground blowout:
Bila semburan lumpur bermula dari suatu ledakan bawah permukaan (underground blowout), sehingga secara teori ia akan dapat dihentikan dengan menggunakan pemboran sumur relief (drilling relief well) untuk memotong lubang asli BJP-1. Dilanjutkan dengan memompakan lumpur berat diikuti dengan penyemenan.
Skenario reaktivasi patahan:
Namun bila semburan ternyata dikendalikan oleh suatu pengaktifan kembali patahan-patahan yang sebelumnya telah ada, dan tidak ada hubungan dengan lubang sumur BJP-1.  Sehingga sangat tidak mungkin untuk menghentikan semburan.
Persepsi awal hubungan semburan dan BJP-1:
Pada awal kejadian, karena lokasi Lupsi dekat dari lokasi pemboran BJP-1, maka sangat rasional bila masyarakat umum telah mengasumsikan bahwa semburan disebabkan oleh UGBO dari sumur BJP-1
Kesimpulan tidak ada hubungan antara semburan dan BJP-1 dan rasionalisasinya:
Setelah seluruh data set secara komprehensif diintegrasikan dan dianalisis, didasarkan data lapangan dan analisis tekanan menjadi lebih jelas bahwa antara sumur BJP-1 dan fenomena semburan lumpur tidak mempunyai hubungan satu dengan lainnya (Sawolo et al., 2008). Dengan argumen yaitu:
Pertama, tekanan rendah:
Tekanan fluida di sumur bor sangat rendah untuk merekahkan lubang bor.
Kedua, tidak ada propagasi fluida:
Tidak ada fluida di lobang bor yang berpropagasi melalui rekahan ke permukaan, saat BOP pada posisi terbuka.
Ketiga, total mati:
Lobang sumur telah terbuka dan pada kondisi total mati saat sumur menyembur dengan kecepatan 50.000 m3/hari dan hanya berjarak 200m dari semburan.
Skenario reaktivasi P. Watukosek, sehingga semburan tidak dapat dihentikan:
Penulis makalah beranggapan bahwa yang paling mungkin sebagai pemicu semburan lumpur adalah reaktivasi dari sistem Patahan Watukosek (Mazzini et al., 2007).
Sehingga kasus semburan Lupsi tidak dapat lagi dihentikan, dan diprediksi akan mengalir berabad-abad lamanya.

Mud volcano Lupsi menyediakan informasi saat lahir sampai tahap berkembang:
Selama ini telah banyak dilaksanakan studi mud volcano yang telah ada. Namun sangat sedikit diketahui kondisi sebelum dan selama tahap awal dari semburan mud volcanic
Lupsi merupakan suatu yang khusus, karena proses-proses geologi  dari saat kelahirannya hingga kondisi saat ini (tahap perkembangan runtuh menjadi kaldera) dapat diamati secara langsung.
Fokus makalah pada resiko geohazard ke depan
Makalah ini akan memusatkan perhatian pada potensi dampak dan kaitannya dengan resiko geohazard terhadap kelanjutan semburan lumpur pada tahun-tahun mendatang (potential impact and related geohazard risks from the continued mud eruption in the years to come).

GEOLOGI UMUM

ma� @ - o g lh t; margin-left:0cm;text-align:justify;line-height:normal;tab-stops:17.0cm'>Khususnya mud volcano Bleduk Kuwu yang sampai sat ini masih aktif di Jawa Tengah, terdiri dari komplek mud volcano dengan lokasi erupsi lumpur yang berganda pada radius 3,5 km dari pusat semburan utama. Serta menunjukkan beberapa penghubung atau saluran aktif (the presence of several active conduits).

a� � i n g lh ngan cepat. Kecepatan sedimentasi dan penimbunan batuan serpih yang tebal pada deposenter terjadi selama Pliosen dan Pleistosen, menghasilkan zona ‘under-compacted shales’.

Zona sedimen bersifat plastis:
Zona tersebut sangat plastis dan mengalami tekanan berlebih karena tersedianya pemerangkapan air yang berlebih dan pematangan (maturity) material yang kaya organik.
Formasi Kalibeng sebagai sumber dari mud volcano di Jawa:
Kebanyakan mud volcano yang diketemukan di Jawa Tengah dan Jawa Timur bersumber dari satuan sedimen Formasi Kalibeng.
14 mud volcano di Jawa:
Di sekitar Lupsi sekurang-kurangnya telah diketahui terdapat 14 mud volcano yang telah diidentifikasikan di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Jawa Timur ideal untuk pembentukan mud volcano:
Aktif tektonik berbarengan dengan tersedianya tekanan berlebih dari sedimen matang yang kaya dengan material organik, menempatkan Jawa Timur sebagai daerah yang sangat ideal untuk berkembangnya mud volcanism.
Peran P. Watukosek untuk pembentukan mud volcano Lupsi:
Keberadaan sistem patahan Watukosek  di daerah Lupsi menyediakan suatu saluran (conduit) lumpur, fluida dan gas untuk menembus berasal dari suatu horizon dalam mengalir ke permukaan, selanjutnya membentuk mud volcano Lupsi.
mso-ans ) n u Z (�f '>Fluktuasi kecepatan semburan:

Pada bulan-bulan pertama (Mei-Juni 2006) semburan lumpur panas terjadi kecepatan aliran (flow rate) sebesar 50.000 m3/hari.  September 2006 kecepatan semburan meningkat menjadi 125.000 m3/hari. Mencapai maksimum sebesar 156.000 m3/hari pada Desember 2006. Desember 2008 menurun kembali dengan kecepatan mendekati 90.000 m3/hari.

Tabel  intensitas semburan Juni 2006-Desember 2008

Bulan/Tahun
Semburan  m3/hari
Mei-Juni 2006

50.000 m3/hari
September 2006
Desember 2007
125.000 m3/hari-
156.000 m3/hari.
Desember 2008
90.000 m3/hari.

Penyebab dan pemicu semburan masih diperdebatkan:
Sampai saat ini, penyebab semburan lumpur panas di Sidoarjo masih terus menjadi bahan perdebatan, antara lain Mazzini et al., 2007; Davies et al., 2007, 2008; Tingay et al., 2008; Sawolo et al., 2008; Istadi et al., 2008.
Sebagai konsekuensi itu untuk mendapatkan solusinya (menghentikan atau mengurangi debit semburan) masih menjadi masalah.
Skenario underground blowout:
Bila semburan lumpur bermula dari suatu ledakan bawah permukaan (underground blowout), sehingga secara teori ia akan dapat dihentikan dengan menggunakan pemboran sumur relief (drilling relief well) untuk memotong lubang asli BJP-1. Dilanjutkan dengan memompakan lumpur berat diikuti dengan penyemenan.
Skenario reaktivasi patahan:
Namun bila semburan ternyata dikendalikan oleh suatu pengaktifan kembali patahan-patahan yang sebelumnya telah ada, dan tidak ada hubungan dengan lubang sumur BJP-1.  Sehingga sangat tidak mungkin untuk menghentikan semburan.
Persepsi awal hubungan semburan dan BJP-1:
Pada awal kejadian, karena lokasi Lupsi dekat dari lokasi pemboran BJP-1, maka sangat rasional bila masyarakat umum telah mengasumsikan bahwa semburan disebabkan oleh UGBO dari sumur BJP-1
Kesimpulan tidak ada hubungan antara semburan dan BJP-1 dan rasionalisasinya:
Setelah seluruh data set secara komprehensif diintegrasikan dan dianalisis, didasarkan data lapangan dan analisis tekanan menjadi lebih jelas bahwa antara sumur BJP-1 dan fenomena semburan lumpur tidak mempunyai hubungan satu dengan lainnya (Sawolo et al., 2008). Dengan argumen yaitu:
Pertama, tekanan rendah:
Tekanan fluida di sumur bor sangat rendah untuk merekahkan lubang bor.
Kedua, tidak ada propagasi fluida:
Tidak ada fluida di lobang bor yang berpropagasi melalui rekahan ke permukaan, saat BOP pada posisi terbuka.
Ketiga, total mati:
Lobang sumur telah terbuka dan pada kondisi total mati saat sumur menyembur dengan kecepatan 50.000 m3/hari dan hanya berjarak 200m dari semburan.
Skenario reaktivasi P. Watukosek, sehingga semburan tidak dapat dihentikan:
Penulis makalah beranggapan bahwa yang paling mungkin sebagai pemicu semburan lumpur adalah reaktivasi dari sistem Patahan Watukosek (Mazzini et al., 2007).
Sehingga kasus semburan Lupsi tidak dapat lagi dihentikan, dan diprediksi akan mengalir berabad-abad lamanya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar